Manchester City dipaksa menelan pil pahit pada laga semifinal Liga Champions saat Real Madrid melakukan serangan balik yang menakjubkan untuk meraih kemenangan 3 : 1 pada leg kedua setelah perpanjangan waktu di Bernabeu untuk meraih kemenangan agregat 6 : 5.
Pola kemenangan seperti ini bukan sesuatu yang baru sesungguhnya bagi Real Madrid di bawah asuhan Carlo Ancelotti. Los Blancos telah mencatatkan berkali-kali comeback di babak kedua baik di liga domestik maupun di Liga Champions untuk memastikan keunggulan tim.
Melihat pola yang hampir secara konsisten terjadi di liga domestik maupun level Eropa, tanpaknya fakta ini mengindikasikan bahwa sang manajer Los Blancos tersebut mudah merespon situasi dan taktik lawan di lapangan, tentu saja didukung kemampuan pemainnya.
Menariknya, sesungguhnya setelah bermain sepanjang babak pertama ternyata kedua tim mandul dalam laga leg kedua tersebut, Carlo Acelotti mencoba merubah formasi tim dari 4-2-3-1 menjadi 4-1-3-2, dengan menarik pemain gelandang bertahan Toni Kross (8) digantikan dengan pemain penyerang, Rodrygo Goes (21) pada menit ke-68.
Namun sayangnya perubahan tersebut membuat pertahanan Real Madrid menjadi lebih rapuh, yang dibuktikan dengan Los Blancos terlebih dahulu kebobolan satu gol dari Manchester City oleh Riyad Mahrez, setelah terlebih dahulu melakukan penguatan dan penyegaran lini tengah.
Gol Manchester City inilah yang memicu Carlo Ancelotti lebih bertekad menyerang pertahanan Manchester City dengan memutuskan melakukan perubahan formasi, yang nantinya terbukti merugikan Manchester City.
Guardiola menyebut, "Setelah gol, kami mengendalikannya. Kami menemukan permainan, kami tiba di byline. Jack (Grealish) membantu kami untuk mengontrol permainan dan sayangnya, dia tidak bisa menyelesaikannya saat kami sudah dekat. Sebelum gol pertama kami memiliki dua peluang, terutama satu yang sangat jelas dengan Jack".
Sang Manajer Man City menambahkan, “Pada saat itu kami tidak merasa kami dalam masalah dengan cara mereka menyerang. Itu tidak terjadi".
Carlo Ancelotti memutuskan merubah formasi dari semula perubahan pertama 4-1-3-2 menjadi formasi 4-3-3, tetapi lebih ofensif lagi karena lini tengab diisi oleh 3 pemain gelandang yang berkarakter sekaligus sebagai penyerang (gelandang penyerang).
Perubahan itu dilakukan dengan menarik pemain gelandang bertahan, Casemiro (14) digantikan dengan pemain penyerang, Marco Asensio (11), sehingga praktis Real Madrid yang semula menempatkan 2 penyerang di depan pada perubahan formasi pertama, kemudian memiliki 3 penyerang, Benzema ditemani Rodrygo Goes dan Marco Asensio.
Formasi seperti inilah yang kemudian membuat repot lini pertahanan Manchester City dibanding pada pola serangan Real Madrid sebelumnya yang dinilai berjalan cenderung normal. Intensitas ancaman serangan dari beberapa pemain sekaligus seperti ini akhirnya membuahkan hasil.
Guardiola mengakui ini dengan menyebut, "Mereka mencetak gol di akhir. Mereka telah melakukannya berkali-kali dalam sejarah mereka. Mereka menempatkan banyak pemain di dalam kotak. Empat striker ditambah Militao dan mereka menemukan gol".