5 Masalah Permainan Man United Terulang Ketika Hadapi Man City

Man United dipaksa menelan pil pahit ketika harus menerima kekalahan dari tim sekotanya, Man City ketika menjalani laga Derby Manchester dalam pertandingan lanjutan Liga Premier Inggris 2021/2022 pekan ke-28 di Etihad Stadium, Minggu malam wib.

Man City yang diunggulkan dari awal mampu mengakhiri pertandingan dengan skor telak 4  :  1 untuk keunggulan tuan rumah, dimana pada masing-masing babak berhasil menciptakan dua gol, dengan gol tunggal tim tamu tercipta pada babak pertama.

Dua gol Man City babak pertama diciptakan Kevin De Bruyne masing-masing pada menit ke-5 dan menit ke-28, dan dua gol di babak kedua diciptakan Riyad Mahrez pada menit ke-68 dan menit ke-90.  Sementara gol tunggal Man United diciptakan Jadon Sancho pada menit ke-22 babak pertama.

Gol pertama Man City ke gawang Man United sangat jelas menunjukkan betapa lemahnya struktur dan transisi pertahanan Setan Merah dalam menghadapi lawan yang berkeliaran menguasai setengah lapangan di wilayah pertahanan Man United.

Para pemain Man City berkeliaran di depan gawang Man United tanpa ada penjagaan ketat man to man di antaranya.  Bahkan dua pemain Man United paling dekat dengan depan kotak penalti terlihat tidak ada pergerakannya (berjalan santai) ketika melihat lawan berada di dalam kotak penalti di depan gawang.

Sementara semua pemain di lini belakang Man United terlalu berfokus pada satu pemain pembawa bola hingga tidak satupun pemain yang mewaspadai keberadaan para pemain Man City lainnya yang posisinya berbahaya ketika menerima umpan.

Jelas saja, umpan tarik Bernardo Silva yang menemukan Kevin De Bruyne di bagian tengah kotak penalti segera dengan mudah dieksekusi dengan sekali sentuhan menerjang gawang yang dijaga David de Gea dan gol pertama Man City pun tercipta.

Gol kedua  Man City tercipta ketika kemelut di depan gawang Man United tidak mampu diselesaikan lini belakang Man United dengan melakukan blunder karena membuat clearence tanggung dalam situasi genting, sehingga bola liar di kotak penalti disambar De Bruyne dan disodok dengan keras ke gawang.

Semestinya dalam situasi unpredictable di dalam kotak penalti seperti itu, pemain sudah terbiasa reflek untuk lebih memilih melakukan clearence dengan full power menjauhkan bola sejauh-jauhnya dari kotak penalti, bahkan apabila perlu membuang bola, dan itu perlu mindset.

Sementara itu, gol balasan Man United datang dari Sancho yang menghasilkan tendangan melengkung indah ke gawang tiang jauh Man City yang dijaga Ederson Moraes, setelah menangkap bola diagonal dari Paul Pogba.

Pada babak pertama ini sesungguhnya permainan cukup berimbang, bahkan Man United sempat mengancam dalam beberapa kesempatan.  Namun sayangnya kecuali tendangan Sancho yang berbuah gol, upaya lainnya terkesan kurang tajam dan mengalami masalah dalam penyelesaian akhir. 

Harry Maguere menyebut, "Kami memiliki kepercayaan diri yang baik di babak pertama. Kami memainkan babak pertama dengan baik, seperti yang saya katakan, itu mungkin pertandingan 50-50 dalam hal kedua tim bermain agresif, kedua tim bermain di depan".

Kapten Man United itu menambahkan, “ketika kami memenangkan bola kembali dari mereka di babak pertama, kami bersih, kami bagus dalam transisi, kami melakukan serangan balik, kami menghukum mereka berkali-kali dengan menemukan bola bagus melebar dan kami menahan bola masuk".

Sementara itu, Ralf Rangnick berujar, "Setiap kali kami menguasai bola, kami menunjukkan bahwa kami dapat menciptakan masalah bagi mereka, hal yang sama berlaku dengan momen transisi kami, tetapi, pada akhirnya, mereka mencetak dua gol dan kami hanya mencetak satu".

Pada babak kedua kualitas permainan Man United menurun seperti laga-laga sebelumnya. Man United terlalu mudah kehilangan bola, dan bahkan membiarkan Man City mengontrol permainan melalui penguasaan bola, hingga akhirnya harus kebobolan dua gol lagi.

Gol ketiga Man City dari bola mati tendangan sepak pojok tampak seperti direncanakan secara brilian dengan menjadikannya sebagai umpan tendangan jarak jauh Riyad Mahrez yang berbuah gol, sebuah penempatan bola dan pengambilan posisi yang jauh dari kerumunan lini belakang Man United.

Akhirnya, gol penutup Man City tercipta berawal dari manuver pergerakan Bernado Silva yang tak terkawal lini belakang Man United dengan baik, sehingga dengan mudah bergerak ke sisi lainnya di dalam kotak penalti untuk melesakkan tendangan ke arah gawang yang berbuah gol.

Maguere mengakui, "Babak kedua datang dan setiap kali mereka memberi kami tekanan, kami memberikan bola terlalu mudah. ​​Itu memungkinkan mereka untuk mengontrol permainan melalui penguasaan bola dan itu membuat kami kesulitan untuk bangkit, dan jelas mereka melakukannya apa yang mereka lakukan dalam hal menjaga bola dan mereka melakukannya dengan baik di babak kedua. Bagi saya yang paling penting adalah kami harus menjaga bola dengan lebih baik"

Ralf Rangnick berujar, "Jadi di babak pertama, jelas bagi kami bahwa kami perlu mencoba mencetak setidaknya satu atau dua gol lagi, dan begitu mereka mencetak gol ketiga, yang merupakan tendangan sudut yang brilian, kami hanya harus mengakui bahwa, itu sulit untuk mempertahankannya, maka itu hampir berakhir. Gol ini membunuh kami karena saat itu melawan tim seperti Manchester City, tim terbaik di dunia yang menguasai dunia, jika Anda masih mencoba mengejar bola tinggi-tinggi".

Jadi, berdasarkan berbagai fakta yang dijelaskan tampak sekali bahwa persoalan permainan Man United seputar masalah ketika sudah mampu bermain dengan baik masih berjibaku dengan masalah (1) kemampuan penyelesaian akhir yang kurang maksimal; (2) lini belakang tidak fokus dan tidak tahu secara pasti apa yang dikerjakan ketika mendapatkan tekanan tinggi di wilayahnya; (3) kurang motivasi dan kerja keras ketika menghadapi tekanan di 1/3 akhir; 

Selebihnya, yang selalu berulang dari laga-laga sebelumnya adalah (4) permainan babak kedua selalu kualitasnya menurun; dan (5) ketika kualitas menurun para punggawa Man United terlalu mudah kehilangan bola.