Sebagaimana diketahui, setelah sempat mengalami trend positif di bawah kepelatihan Ralf Rangnick, Manchester United dipaksa menelan pil pahit kekalahan di laga kandang ketika menjamu Wolves (Wolverhampton Wanderers FC) pada hari Selasa, 4 Januari 2022, pukul 00.30 wib.
Bagi sang manajer, Ralf Rangnick, kekalahan laga kandang 1 : 0 kontra Wolves hanya membuktikan bahwa dirinya mengambil pekerjaan yang sulit di Old Trafford, karena keseluruhan kinerja Setan Merah sesungguhnya tidak berbeda jauh dari masa akhir Ole Gunnar Solskjaer.
Setidaknya ada beberapa persoalan mendasar terkait dengan permainan tim ketika menghadapi Wolves yang sesungguhnya menjadi masalah yang belum terselesaikan di skuad Manchester United, antara lain:
Pertama, para pemain Manchester United terlalu banyak melakukan kesalahan yang mampu diekspolitasi dengan baik oleh lawan. Padahal gaya permainan Ralf Rangnick justru bertujuan menekan lawan, sehingga melakukan kesalahan yang dapat dieksploitasi tim.
Kedua, menurut Ralf Rangnick, keunggulan pertahanan 5 (lima) pemain lawan yang solid, lini tengah lawan yang fleksibel, dan pengiriman bola oleh bek sayap sulit diantisipasi permainan Manchester United.
Ketiga, kegagalan serangan Manchester United dimana tendangan Bruno Fernandes membentur mistar gawang dan Christiano Ronaldo yang terjebak ofside. Artinya dalam membangun serangan, akurasi strategi dan serangan harus ditingkatkan dalam permainan gaya menekan dan agresif Ralf Rangnick.
Keempat, pada saat melawan penguasaan bola lawan, kinerja kolektif dan individu para pemain Manchester United dinilai masih harus ditingkatkan.
Kelima, para pemain Manchester United dinilai kurang agresif saat menguasai bola dan kurang menekan saat tim lawan menguasai bola. Hal ini tidak terlepas dari tujuan permainan gegenpressing Ralf Rangnick yang seharusnya membuat lawan menjadi sulit mengantisipasi dan sering membuat kesalahan.
Bek Manchester United Luke Shaw mengatakan, "saya pikir jika kami membawa lebih banyak intensitas, itu membantu kami untuk membuatnya lebih mudah. Babak pertama, kami ceroboh, mungkin lambat, kami tidak banyak menguasai bola dan kami menderita"
Pemain belakang itu menambahkan, “Terutama ketika mereka menguasai bola, mungkin kami tidak cukup agresif dan mungkin mereka merasa lebih memegang kendali daripada kami, dan itu terlihat seperti itu. Kami tidak menciptakan terlalu banyak, dan saya pikir itu adalah malam yang buruk.”
Keenam, transisi antara menyerang dan bertahan yang masih harus dibiasakan dan diasah, sebagaimana filosofi yang dibutuhkan dalam gaya permainan yang dianut sang manajer, Ralf Rangnick. Inilah masalah utama permainan Manchester United yang dinilai sang manajer, Ralf Rangnick belum selesai.
Ketujuh, dengan berbagai kelemahan yang disebutkan di atas, maka justru formasi 4-2-2-2 yang diterapkan Rangnick berisiko akan mudah dieksploitasi lawan karena praktis (kecuali lini belakang dengan 4 pemain), secara horisontal jarak pemain sangat berjauhan (karena hanya ada dua pemain) dan terjadi penumpukan hingga 4 pemain secara vertikal yang jika tidak disertai pergerakan agresif, bertenaga dan dengan determinasi tinggi maka mudah sekali dieksploitasi dan diantisipasi.