Inilah Penyebab Penjaga Gawang Timnas Singapura Terkesan Sulit Ditaklukkan Timnas Indonesia


Laga Timnas Indonesia kontra Timnas Singapura pada leg kedua piala AFF 2020 yang digelar kemarin malam pukul 19.30 wib dan disiarkan salah satu televisi swasta nasional benar-benar membuat ketegangan memuncak, menguras emosi dan bahkan membuat adrenalin membuncah.

Bagaimana tidak, laga yang berlangsung sengit dan bertajuk hidup mati tersebut, bahkan diwarnai insiden 3 kartu merah untuk tiga pemain timnas Singapura, menyisakan beberapa catatan menarik dan bahkan menegangkan di kedua tim yang berlaga, tidak terkecuali catatan apik dari kinerja penjaga gawang dari kedua tim.

Khusus untuk Timnas Indonesia dan para pendukung di stadion yang menyaksikan langsung dan pendukung di tanah air menghadapi ketegangan yang memuncak  kala menjelang laga berakhir di  babak kedua, dimana Timnas Indonesia menerima hukuman tendangan penalti, meski akhirnya mampu digagalkan penjaga gawang Timnas Indonesia.

Sebagaimana diketahui, penjaga gawang Timnas Indonesia (Nadeo Argawinata) beberapa kali mampu menyelamatkan gawangnya dari kebobolan meski akhirnya harus dua kali dipaksa memungut bola dari dalam jaring gawang, dan satu penyelamatan monumental ketika tendangan penalti dramatis tim lawan mampu diamankan.

Sementara itu, penjaga gawang Timnas Singapura (Hassan Sunny) menuai banyak pujian termasuk dari publik Indonesia karena beberapa kali mampu melakukan penyelamatan untuk menahan kemungkinan Timnas Singapura tertinggal lebih jauh, setelah dipaksa harus bermain hanya dengan sembilan pemain.

Berkali-kali gawang Timnas Singapura terancam serangan bertubi dari Timnas Indonesia terutama sekali pada babak perpanjangan waktu 2 x 15 menit, akan tetapi berkali-kali juga penjaga gawang Timnas Singapura mampu mengamankan gawangnya.

Kecuali kebobolan dua gol tambahan akibat kemelut yang terjadi di dekat gawang Timnas Singapura. dimana yang satu terjadi akibat gol bunuh diri (Shawal Anuar) sedangkan satu gol sisanya dilesakkan Egy Maulana Vikri yang memanfaatkan kemelut di depan gawang Timnas Singapura.

Apabila dicermati dari statistik pertandingan, terlihat bahwa Timnas Indonesia total melakukan upaya tendangan sebanyak 35 kali sepanjang pertandingan, dimana 14 di antaranya mengarah ke gawang dan 4 percobaan terkonversi menjadi gol.

Sedangkan Timnas Singapura di sisi lain, mampu melakukan percobaan tendangan ke arah gawang sebanyak 15 kali, dengan 9 kali mengarah ke gawang dan dua kali percobaan berhasil dikonversi menjadi gol.

Dengan melihat statistik ini, berarti dapat diperkirakan secara kasar  bahwa penjaga gawang Timnas Singapura maksimal melakukan 10 kali penyelamatan, sedangkan penjaga gawang Timnas Indonesia maksimal melakukan 7 kali penyelamatan sepanjang laga berlangsung bagi kedua tim.

Persoalannya adalah mengapa dengan 14 kali percobaan tendangan yang mengarah ke gawang Timnas Singapura, tetapi 10 kali percobaan tendangan mampu dinetralisir dengan baik oleh Timnas Singapura, terutama oleh kinerja baik dari penjaga gawang Timnas Singapura?

Maka, jawabannya dapat diperoleh dengan melihat dan mengamati bagaimana proses percobaan 14 kali tendangan yang mengarah ke gawang Timnas Singapura itu terjadi.  Maka diperoleh dua kelompok fakta, yang menunjukkan bahwa:

Pertama, dari 14 kali percobaan tendangan Timnas Indonesia yang berhasil mengarah ke gawang, 10 kali tendangan tidak berhasil dikonversi menjadi gol, yang salah satunya diakibatkan faktor yang paling dominan terkait kinerja penjaga gawang Timnas Singapura.

Di sinilah yang menjadi titik permasalahannya, dari 10 percobaan tendangan mengarah ke gawang yang berhasil dinetralisir Timnas Singapura itu, ternyata semuanya mampu ditundukkan penjaga gawang karena arah bola yang terlalu "lugu" sehingga mampu dan bahkan mudah dibaca secara cermat oleh penjaga gawang Singapura, bahkan sebagian hanya mengandalkan reflek saja, karena arah bola tidak jauh dari posisi badan sang penjaga gawang berdiri.

Kedua, empat gol yang berhasil diciptakan Timnas Indonesia, semuanya berasal dari situasi dimana arah bola sulit dibaca penjaga gawang, baik dua gol yang terakhir akibat terjadinya kemelut di depan gawang, maupun gol pertama (Ezra Walian) yang arahnya sulit diduga penjaga gawang karena mengambil sisi jauh dari jangkauan penjaga gawang dan gol kedua (Pratama Arhan) karena memanfaatkan bola rebound dari penjaga gawang yang terlanjur mati langkah karena terjatuh mengantisipasi arah bola sebelumnya.

Kesimpulannya, menghadapi tim-tim tangguh termasuk kedisiplinan lini belakang dan kemampuan penjaga gawang yang mumpuni, maka serangan arah bola yang dilesakkan ke arah gawang lawan tidak boleh terlalu "lugu" sehingga mudah dibaca oleh lawan atau penjaga gawang lawan. 

Serangan harus bervariatif, membahayakan, sulit ditebak, bisa darimana saja datangnya, tidak hanya tergantung pada satu dua orang pemain, sehingga susah diantisipasi dan menyulitkan lini pertahanan dan bahkan penjaga gawang tim lawan.