Pada 24 November 2015, Sukhoi Su-24M2 milik Rusia ditembak jatuh oleh jet tempur F-16 Turki di dekat perbatasan Turki-Suriah. Menurut keterangan versi Turki, pesawat Rusia tersebut telah menembus wilayah udara Turki hingga mencapai sejauh 2,19 km.
Berselang enam tahun pasca kejadian itu, seorang sutradara Rusia Igor Kopylov memutuskan untuk membuat filmnya. Film dengan judul 'Sky' (nama Rusia ебо), akan segera dirilis tepatnya pada tanggal 18 November 2021.
Insiden itu terjadi pada saat ketegangan antara Ankara dan Moskow berada pada titik tertinggi karena pelanggaran terus-menerus terhadap wilayah udara Turki oleh pesawat tempur Rusia. Pihak berwenang Turki juga mengatakan telah mengeluarkan 10 peringatan kepada jet Rusia selama lebih dari 5 menit di radio, sebelum ditembak jatuh.
Klaim Turki ini didukung penjelasan Amerika Serikat. Departemen Luar Negeri AS menanggapi insiden ini dengan mengatakan telah memverifikasi secara independen fakta bahwa jalur penerbangan pesawat tempur Rusia melanggar wilayah udara Turki.
Pada keterangan yang sama juga ditegaskan bahwa Turki telah mengirimkan beberapa peringatan kepada pilot, yang tidak mendapat tanggapan. Departemen Luar Negeri AS juga merilis rekaman audio peringatan yang disiarkan oleh Turki.
NATO pun turut menegaskan bahwa "pesawat tempur Rusia memasuki wilayah udara Turki meskipun ada peringatan yang jelas, tepat waktu dan berulang-ulang dari otoritas Turki". Pada saat itu, F-16 Turki dalam Quick Reaction Alert (QRA) dikirim untuk mengidentifikasi penyusup, setelah itu jet Rusia keluar dari wilayah udara Turki.
Selain dinilai melanggar wilayah udara anggota NATO, Su-30SM Rusia juga telah memasang blok radar pada salah satu atau kedua jet F-16 dengan durasi 5 menit 40 detik. Turki dan Rusia telah berbagi hubungan tegang bahkan sebelum insiden khusus ini.
Pada tanggal 3 Oktober 2015 dan 4 Oktober 2015 saja, wilayah udara berdaulat Ankara berulang kali dilanggar oleh Su-30SM Angkatan Udara Rusia dan Su-24 di atas wilayah Hatay. Puncaknya, pada 24 November 2015, Su-24M2 Rusia dihantam Rudal AIM-120 asal AS, yang mendorong pilot, Letnan Kolonel Peshkov, dan operator sistem senjata, Kapten Murakhtin, untuk segera keluar dari pesawat.
Pada insiden sebelumnya, Moskow menjelaskan pelanggaran wilayah udara Turki disebabkan "kesalahan
navigasi". Namun, pasca insiden tersebut, Ankara menegaskan setiap pesawat yang
ditemukan melanggar wilayah udaranya akan ditembak jatuh, mirip dengan
apa yang sebelumnya dilakukan dengan MiG-23 dan Mi-17 Suriah.
Terhadap insiden 24 November 2015, Moskow membantah dengan mengatakan pesawatnya beroperasi di wilayah udara Suriah dan menurut data satelit, Su-24
berada sekitar 1 km di dalam wilayah udara Suriah pada saat ditembak
jatuh. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut insiden itu sebagai "tikaman dari belakang" yang dilakukan oleh "kaki tangan teroris". Pilot jet Rusia yang masih hidup juga membantah klaim Turki dan mengatakan tidak ada peringatan yang diberikan dan pesawat itu tidak melanggar wilayah udara Turki.