Hasil laga Liverpool kontra Manchester United pada putaran Liga Premier Inggris di stadion Anfield, pada hari Minggu, 17 Januari 2021 pukul 23.30 wib tidak dapat dilepaskan dari pengaruh penting dari racikan juru latih kedua dan keberadaan pemain penting di kedua tim.
Tidak
dapat disangkal peran penting strategi bermain sangat
tergantung dari bagaimana kedua pelatih melakukan pendekatan untuk
memastikan timnya mampu bekerja maksimal memenangkan laga, yang berakhir dengan hasil imbang tanpa gol pada kedua tim.
Bagi Manchester United hasil ini tidak terlalu buruk mengingat tim ini sedang memainkan laga tandang dan poisinya masih aman di puncak klasemen, sementara bagi Liverpool menjadi kerugian tersendiri karena tidak mampu mengamankan poin penuh di kandang sendiri, dan nenaksa posisinya di klasemen tekoreksi.
Setelah pertandingan yang berakhir seri untuk kedua tim di Anfield tersebut, ada pembelajaran menarik yang dapat dipetik, baik dari strategi Liverpool maupun Manchester United. Laga ini adalah pertarungan antara serangan sistematis formasi 4-3-3 ala Liverpool dengan serangan balik dengan formasi 4-2-3-1 ala Manchester United.
Melalui peragaan formasi 4-3-3, Liverpool praktis menguasai jalannnya pertandingan dengan menguasai 66% bola dalam genggaman pemainnya, dengan tingkat akurasi umpan hingga mencapai 86%, berbanding dengan akurasi umpan 73% untuk Manchester United.
Formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Manchester United sejatinya mampu melakukan manuver transisi cepat antara menyerang dan bertahan untuk mengimbangi serangan sistematis dengan formasi 4-3-3 yang diterapkan Liverpool.
Formasi serangan Liverpool mampu menjaga kerapatan pemain dalam satu lini, baik pada lini pertahanan, lini tengah maupun lini penyerang. Formasi ini memungkinkan untuk mengalirkan serangan secara sistematis dalam umpan pendek, cepat dan akurat.
Selebihnya, kedua tim sama-sama memiliki kalkulasi yang matang di lini belakang dengan memastikan lini belakang mampu bekerja dengan solid. Terbukti serangan kedua tim akhirnya tidak ada yang terkonversi menjadi gol meski peluang tetap tercipta sepanjang laga berlangsung.
Pasukan Jurgen Klopp dengan pola permainan mendominasi penguasaan bola dan serangan sistematis, harus puas dengan 17 kali percobaan tendangan ke arah gawang, berbeda jauh dengan Manchester United yang hanya mengandalkan serangan balik, sehingga hanya mampu melakukan 8 kali tendangan ke arah gawang.
Namun, serangan balik Manchester United pada kali ini sepertinya sudah dipersiapkan matang jauh hari sebelumnya, sehingga terlihat meski hanya mampu melakukan 8 kali tendangan ke arah gawang, tetapi akurasinya lebih baik dibanding serangan Liverpool yakni 4 kali tendangan ke arah gawang Liverpool akurat, sednagkan Liverpool hanya mampu memiliki tendangan akurat 3 kali saja.
Strategi menjaga keseimbangan pertahanan dan menguasai permainan yang diterapkan Jurgen Klopp terbukti mampu menghadapi strategi serangan balik Setan Merah tetapi belum sampai bisa mengunggulinya untuk meraih poin penuh ketika berhadapan dengan tim seperti Manchester United yang menerapkan strategi transisi cepat antara menyerang dan bertahan.