GlobalFirePower menempatkan militer Indonesia pada tahun 2021 ini berada di peringkat 16 secara global, peringkat kesemblian dari seluruh negara di kawasan Asia, dan peringkat pertama di kawasan Asia Tenggara. Posisi ini tidak bergeser dari tahun sebelumnya.
Lembaga melakukan pemeringkatan kekuatan militer terhadap 138 negara di dunia dari 193 negara secara keseluruhan, plus dimana dua entittas Vatikan dan Palestina dilabeli sebagai negara pengamat dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hasil lainnya yang menonjol adalah tetap memposisikan Amerika Serikat, Rusia dan Tiongkok konsisten menjadi tiga negara teratas dalam kekuatan militernya tanpa ada perubahan berarti dari tahun sebelumnya, meski persaingan sengit telah terjadi di antara ketiganya.
Pada
laman resminya, GlobalFirePower menjelaskan bahwa Peringkat Global
Firepower menggunakan lebih dari 50 indikator spesifik untuk menentukan
skor PowerIndex ('PwrIndx') suatu negara dengan kategori mulai dari
kekuatan militer dan keuangan hingga kemampuan logistik dan geografi.
Secara keseluruhan, ada delapan faktor atau variabel yang menjadi pertimbangan utama GlobalFirePower dalam memberikan peringkat pada seluruh negara yang disurvei, yang kemudian dari delapan faktor tersebut diturunkan menjadi 49 indikator kunci pengukuran.
Berdasarkan ukuran delapan faktor beserta jumlah indikatornya, dimana sumber daya manusia (8 indikator), kekuatan udara (9 indikator), kekuatan darat (5 indikator), kekuatan laut (9 indikator), sumber daya alam (3 indikator), logistik (6 indikator), keuangan (4 indikator), geografi (4 indikaror).
Kekuatan militer Indonesia menurut data yang dikumpulkan GlobalFirePower, maka dapat dijabarkan secara menyeluruh dan rinci sebagai berikut:
Berdasarkan aspek daya dukung sumber daya manusia, (1) Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 267 juta, (2) sumber daya manusia yang tersedia untuk menyokong peperangan 131 juta, (3) sdm siap diberdayakan ketika perang terjadi 108 juta lebih, (4) sdm mencapai usia militer per tahun kurang lebih 4,6 juta, (5) total personel militer 800 ribu personel, (6) personel militer aktif 400 4ibu personel, (7) personel cadangan 400 ribu pesonel; dan (8) paramiliter 280 ribu orang.
Kekuatan udara militer Indonesia memiliki (1) total kekuatan mencapai 456 armada tempur, (2) pesawat tempur 41 unit, (3) pesawat serangan khusus 38 unit, (3) pesawat transportasi 64 unit, (4) pesawat latih 109 unit, (5) pesawat misi khusus 17 unit, (6) helikopter 188 unit, dan (7) helikopter serang 15 unit.
Kekuatan darat militer Indonesia memiliki (1) Tank 332 unir, (2) Kendaraan lapis baja 1.430 unit, (3) Artileri gerak sendiri 153 unit, (4) Artileri derek 366 unit, (5) proyektor roket 63 unit.
Kekuatan laut militer Indonesia memiliki (1) total kekuatan 282 armada laut, (2) kapal induk belum memiliki, (3) kapal induk helikopter belum ada, (4) kapal perusak belum memiliki, (5) kapal fregat 7 unit, (6) korvet 24 unit, (7) kapal selam 5 unit, (8) patroli 179 unit, dan (9) armada perang ranjau 10 unit.
Kekuatan sumber daya alam Indonesia memiliki kapasiras (1) produksi minyak sekitar 775 ribu bbl, (2) konsumsi minyak 1.630 ribu bbl, dan (3) cadangan minyak yang terbukti 3,3 milyar bbl.
Kekuatan logistik ketika perang terjadi dapat didukung (1) sejumlah sdm untuk memproduksi daya dukung militer ketika perang terjadi hingga mencapai kurang lebih 129 juta orang, (2) kekuatan kapal laut/dagang sipil 9879 unit, (3) terminal dan pelabuhan 16 unit, (4) jalur jalan raya 437 km lebh, (5) jalur kereta api 5 ribu km lebih, dan (6) bandara yang tersedia 673 unit.
Dukungan finansial Indonesia meliputi (1) Anggaran pertahanan 9,2 Milyar dolar, (2) hutang luar negeri 344 milyar dolar, (3) cadangan valuta asing/emas 130 milyar dolar lebih, dan (4) paritas daya beli 400 milyar dolar lebih.
Pendekatan faktor geografi yang mempengaruhi kekuatan sistem pertahanan Indonesia meliputi (1) luas bentang daratan 1,9 juta km, (2) cakupan garis pantai 54,7 ribu km, (3) batas bersama 2,96 ribu km, (4) saluran air yang dapat digunakan 21,6 ribu km.
Tidak semua indikator tersebut memberikan kontribusi positif terhadap sistem pertahanan, sebagian dari indikator tersebut justru melahirkan tantangan tersendiri, misalnya cakupan bentang pantai Indonesia yang terpanjang kedua di dunia menjadi koreksi negatif atas potensi kekuatan defensif militer.