Empat Negara Kembangkan Main Battle Tank (MBT) Generasi Keempat

Main Battle Tank (MBT) bisa disebut tank multi peran, merupakan tank universal karena hampir mengisi seluruh peran di medan perang. Tank ini awalnya merupakan pengembangan dari kemampuan tank medium yang disadari dapat ditingkatkan memiliki kemampuan lebih tinggi.

Sekitar tahun 1960an, tank medium secara perlahan terus mengalami perubahan menjadi Main Battle Tank (MBT), setelah menyadari bahwa tank medium dapat membawa meriam yang mampu  menembus lapis baja praktis manapun dari jarak jauh.

Konsep tank berat pada masa lalu (Perang Dunia II) semakin lama tidak mampu menjawab kebutuhan tank tempur yang tangguh di segala situasi perang karena hanya mengandalkan lapis baja konvensional paling kuat dengan pensejnataan meriam, sementara sistem persenjataan anti tank semakin canggih dan ancaman senjata non konvensional (kimia dam nuklir) semakin meningkat.

Ancaman seperti itu kemudian dijawab awalnya hanya dengan meningkatkan pengembangan lapis baja tambahan yang konsekuensinya berdampak pada desain meriam yang lebih kuat untuk kepentingan peperangan antar tank yang sekelas, yang kemudian disokong bekembangnya teknologi perang lainnuya.

Sehingga lahirlah konsep Main Battle Tank (MBT), dengan ciri utama mempunyai persenjataan seperti ranpur lain, sangat mobile dan mempunyai lapis baja yang baik. Selain itu, MBT juga cukup murah untuk dibuat dalam jumlah yang besar apabila dibandingkan dengan tank berat atau super berat.

Sampai di sini dengan prinsip konsep MBT, akhirnya beberapa negara memiliki Main Battle Tank (MBT)  dan bahkan sebagian dari negara tersebut mampu membangun dan memproduksi sendiri.  Sebut saja Amerika Serikat, Jerman, Uni Soviet/Rusia, Inggris, Swiss, China, dan Jepang, 

Kemudian India, Afrika Selatan, Rumania, Brazil. Irak, Taiwan, Iran, Kanada, Paksitan, Mesir, Ukraina, Peru, Bangladesh, Yugoslavia, Polandia, Italia, Kroasia, Korea Selatan, Spanyol, Jordania, Serbia, Turki, Perancis, Swedia, Israel, Korea Utara, Italia, Argentina, bahkan kawasan Asia Tenggara pun tak luput akhirnya memiliki MBT, seperti Malaysia, Singapura dan Indonesia.

Namun, tantangan keberadaan Main Battle Tank (MBT) semakin meningkat, sebagai contoh kasus pada perang Teluk misalnya. Perang Teluk membuktikan bahwa helikopter serang lebih unggul daripada MBT (CISS, 2011).  Para ahli strategi menegaskan bahwa MBT telah ketinggalan zaman karena dapat dinetralkan oleh lapis baja milik Irak.

Pengalaman lainnya, operasi militer Perisai Eufrat yang dilancarkan oleh Turki pada awal 2017 untuk menggebuk pejuang YPG Kurdi yang beroperasi di Suriah memberikan pengalaman yang sangat menyakitkan. Beragam tank kelas berat milik Turki (Tank dari jenis M60A3, dan bahkan Leopard 2A4) berguguran di Suriah tanpa balas.

Menuut Sancehz (2019), bagi AS perencana militer harus mempertimbangkan kembali kebutuhan pengadaannya dalam waktu dekat dalam konteks masalah keamanan AS dan kemungkinan perang kota akan menjadi lebih umum selama dekade berikutnya.

Pengamat militer Amerika Lain tersebut memandang salah satu argumen yang mendukung pengadaan senjata berat adalah agar negara dapat mempertahankan kemampuan pencegahan minimal. Meskipun peperangan antar negara bagian sangat kecil kemungkinannya, bukan berarti skenario tersebut tidak mungkin terjadi .

Berdasarkan perkembangan tantangan baru tersebut, beberapa negara yang telah memiliki teknologi pengembangan Main Battle Tank (MBT) mencoba meningkatkan kemampuannya dan sebagian lainnya justru mulai megembangkan varian baru dari Main Battle Tank (MBT).

Negara-negara yang berusaha meningkatkan kemampuan Main Battle Tank (MBT)  dari teknologi sebelumnya antara lain Israel (Merkava Mark IV), Rusia (T-90M dan T-90MS), India (Arjun MBT MK 2),  China (Type 99A, VT-4),  Jerman (Leopard 2A7 +), Iran (Karrar), Amerika Serikat (M1A2C Abrams, M1A2D Abrams), Inggris (Challenger 2 CLEP), Perancis (Leclerc XLR), Polandia (Leopard 2PL), dan Pakistan (Al-Khalid II).

Berbasis pada sumber Pakistan Defense dan Army Technology, disimpulkan beberapa negara tersebut di atas meningkatkan kemampuan Main Battle Tank (MBT) yang dimiliki, namun empat negara lainnya justru sedang membangun Main Battle Tank (MBT) generasi berikutnya.  Jepang (Type 10 MBT, 2012), Korea Selatan (K2 Black Panther, 2014), Rusia (T-14 Armata, 2015), dan Turki (Altay-AHT, 2021).

Altay AHT masuk kategori MBT generasi selanjutnya karena AHT awalnya dikembangkan bersama perusahaan Korsel yang memproduksi K2 Black Panther, dan berdasarkan penjelasan produsen (Otokar) secara resmi, produk terbaru Altay (Altay AHT) dilengkapi dengan beberapa kemampuan seperti Explosive Reactive Armor (ERA) dan Bar Armor Systems untuk antisipasi ancaman besar serangan rudal balistik dipandu dan tidak terarah  dari 360 derajat untuk MBT dalam pertempuran hibrida dan asimetris.

Kesadaran situasional ditingkatkan dengan penambahan Telescopic Elevated Observation System (EOS), sistem YAMGÖZ yang memungkinkan kesadaran 360 derajat, dan pemosisian ulang stasiun senjata kendali jarak jauh (RCWS).

Tangk Altay-AHT  dilengkapi dengan Jammer terhadap serangan IED kendali jarak jauh. Sistem Deteksi Tembakan dapat identifikasi arah ancaman penembak jitu, Sistem Peringatan Laser identifikasi ancaman dengan rudal anti-tank yang dipandu laser, dan pencari jangkauan laser yang mengukur jarak. 

Arah dari ancaman yang teridentifikasi dapat secara otomatis diisap menggunakan Sistem Soft Kill (Smart Smoke Curtain). EOS, RCWS, dan turret tangki dapat secara otomatis diarahkan ke ancaman tergantung pada preferensi pengguna.

Tank Altay-AHT, ini juga dilengkapi dengan bilah dozer terarah yang dapat dioperasikan oleh pengemudi, dan digunakan untuk berbagai tugas seperti menyiapkan garis pertahanan, membersihkan rintangan di medan perang, dan mengisi parit tank.

Beberapa tank generasi berikutnya ini masih dalam pengembangan atau pada tahap awal generasinya, dengan cirinya menggunakan teknologi dan desain terbaru untuk bersaing dengan tantangan lingkungan peperangan yang berkembang maju pesat hingga saat ini.

Apabila merujuk pada klasifikasi Rolf Hilmes (1983), dimana tank tempur utama generasi pertama dipengaruhi desain Perang Dunia II, terutama tank T-34 dan Panther. Generasi kedua dilengkapi perlindungan NBC, perangkat penglihatan malam IR, senjata utama yang distabilkan, dan setidaknya sistem kendali tembakan mekanis. Generasi ketiga ditentukan penggunaan pencitra termal, sistem kendali tembakan digital, dan pelindung khusus (komposit).  Maka, generasi berikutnya dapat disebut sebagai generasi keempat.


Artikel Terkait