Shakhtar Donetsk vs Real Madrid, Pertarungan Soliditas Pertahanan Kedua Tim

Secara keseluruhan, pertandingan putaran kelima Group B Liga Champions 2020-2021 antara Shakhtar Donetsk yang menjamu Real Madrid di NSC Olimpiyskiy (Olimpiyskiy National Sports Complex) Velyka Vasylkivska str. 55, Kyiv, Ukraine, didominasi oleh Real Madrid sejak babak pertama.

Real Madrid memperagakan formasi 4-2-3-1, dengan menempatkan striker utama, Karim Benzema (9) di garis serang paling depan, yang disokong penyerang lapis kedua, terdiri dua gelandang serang (kri dan kanan), serta satu gelandang tengah, dan sisanya ditempatkan untuk memperkuat lini tengah belakang dan lini  pertahanan.

Formasi Real Madrid ini sepanjang babak pertama mampu mendominasi pertandingan melayani permainan dan tim tuan rumah yang saat itu menerapkan formasi 4-3-3, dengan penguasaan bola hingga mencapai 59% dan akurasi umpan 88% berbanding 83% bagi Shakhtar Donetsk.

Namun sayangnya, kokohnya lini pertahanan Shakhtar Donetsk tak dapat ditembus Karim Benzema dkk sepanjang babak pertama.  Karim Benzema sendiri ketika melakukan manuver di area pertahanan lawan pergerakannya selalu dijaga ketat beberapa pemain lawan,

Hal ini tidak terlepas dari keputusan manajer tuan rumah Shakhtar Donetsk yang melakukan perubahan strategi permainan pada menit ke-26 melihat dominasi Real Madrid, dengan menarik keluar striker Junior Morales (10) dan digantikan dengan gelandang tengah Dentinho (9).

Bisa jadi manajer tim tuan rumah,  Luis Castro berpikir kalau permainan Real Madrid dibiarkan bekembang terus-menerus pada babak pertama, maka peluang gol bisa tercipta untuk tim tamu pada babak pertama.

Terbukti kedisiplinan pertahanan Shakhtar Donetsk menyelamatkan dari serangan bertubi Real Madrid di babak pertama, sehingga sampai babak pertama berakhir kedudukan kedua tim masih sama kuat dengan skor 0  : 0.

Perubahan strategi yang diterapkan Shakhtar Donetsk pada pertengahan babak pertama tampaknya mulai menuai hasil pada babak kedua.  Praktis serangan-serangan Real Madrid mampu dikawal dengan ketat oleh para pemain Shakhtar Donetsk.

Pola formasi 4-3-3 yang diterapkan di awal laga praktis tidak terlihat dalam permainan sesungguhnya dari Shakhtar Donetsk di lapangan, yang lebih mengandalkan pertahanan yang solid dengan serangan balasan yang membahayakan.

Hal ini tidak terlepas dari perubahan strategi pada menit ke-26, dimana pemain penyerang digantikan oleh pemain gelandang, sehingga formasi 4-3-3 yang dipasang di awal laga, seolah dijalankan dengan formasi 4-4-2, dengan penebalan di lini tengah. 

Formasi ini apabila didukung dengan mobilitas tinggi pemain lini tengah untuk membantu pertahanan, maka akan menciptakan pertahanan yang solid di lini belakang dan ini terbukti ketika serangan Real Madrid selalu kandas di bawah tekanan penjagaan ketat pertahanan tim tuan rumah.


Bisa dilihat pada gambar di atas, bagaimana ketatnya pertahanan Shakhtar Donetsk ketika para penyerang Real Madrid memasuki area pertahanan tim tuan rumah, lima pemain Real Madrid harus berhadapan dengan 10 pemain Shakhtar Donetsk di lini belakang.

Sebaliknya, strategi formasi 4-2-3-1 yang dipasang Real Madrid di awal laga dan bekerja dengan baik sepanjang babak pertama, seolah sama sekali sirna ketika laga berlangsung di babak kedua.  Real Madrid terlalu berambisi mennyerang hingga lupa membantu pertahanan.

Para pemain Real Madrid tertalu maju ke depan sehingga hanya menyisakan para pemain belakang tanpa sokongan cepat dari lini tengah ketika serangan lawan masuk area pertahanan, transisi cepat formasi 4-2-3-1 tidak bekerja. Perhatikan baik-baik kondisi pertahanan Real Madrid ketika mendapat tekanan serangan di bawah ini.


Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Shakhtar Donetsk dan dijadikan peluang untuk menciptakan gol ke gawang Real Madrid, dan itu terbukti dengan terciptanya dua gol Shakhtar Donetsk pada babak kedua akibat longgarnya pertahanan  dan kesalahan lini pertahanan Real Madrid, yang kurang mendapatkan sokongan lini tengah ketika pertahanan tercancam.

Gol pertama Shakhtar Donetsk tercipta ketika terjadi kesalahan cara antisipasi gerakan bola oleh pemain belakang Real Madrid pada saat bola dengan leluasa memasuki area berbahaya.  Ferland Mendy (23) yang mampu mengintersep bola di dekat kotak terlarang, mengambil keputusan yang salah.

Bola yang seharusnya diamankan segera menjauhi area berbahaya Real Madrid, oleh Ferland Mendy (23) malah hanya dialirkan ke arah Raphaël Varane (5) yang justru lebih dekat dengan gawang, dengan posisi Varane yang tidak leluasa bergerak.

Umpan tidak matang Mendy (23) ke Varane (5) dan posisi Varane (5) yang terlalu dekat dan tanggung dari pergerakan bola, menyebabkan gerakan reflek Varane menghindari bola, yang kemudian bola lolos melewati Varane dan pergerakan bola ini justru memberi umpan matang kepada gelandang serang Shakhtar Donetsk, Dentinho (9).

Dentinho (9) yang bergerak cepat di sisi kanan dalam pertahanan Real Madrid atau sisi kiri dalam lini serang Shakhtar Donetsk menyambar bola liar yang melewati Varane tersebut dan dengan melakukan manuver secukupnya melesakkan bola ke gawang Real Madrid tanpa dapat dibendung penjaga gawang, Thibaut Courtois (1).

Melihat kemelut di lini pertahanan Real Madrid yang sedang tertekan menghadapi serangan Shakhtar Donetsk, tersebut anehnya lini tengah Real Madrid yang sedang menerapkan formasi 4-2-3-1 tidak segera membantu melapisi pertahanan.

Anehnya juga ketika Ferland Mendy (23) mengumpankan bola ke Varane (5)) dan bola melewati Varane (5),  Ferland Mendy (23) malah sibuk mempersoalkan kesalahpahaman antara keduanya, dan tidak segera bergerak melapisi pertahanan pada sisi yang lebih dalam.

Kelengahan kedua pada lini pertahanan Real Madrid dan mampu dimaksimalkan oleh lawannya untuk menciptakan gol kedua, terjadi ketika serangan balasan cepat dari pergerakan individu pemain gelandang pengganti Shakhtar Donetsk, Manor Solomon (19).

Manor Solomon (19) bergerak ke depan di sisi kiri lini serang Shakhtar Donetsk atau sisi kanan lini pertahanan Real Madrid kemudian mengelabuhi Vazkuez dengan memotong ke dalam dan mencapai tepi kotak penalti, kemudian melepaskan tembakan indah ke sudut kiri bawah yang tidak dapat diantisipasi penjawa gawang.

Pergerakan Manor Solomon (19) yang tak terkawal dengan ketat dari awal manuver menegaskan formasi 4-2-3-1 yang diperagakan Real Madrid tidak bekerja terutama ketika membutuhkan transisi cepat untuk bertahan karena pemain Real Madrid terlalu maju ke depan untuk memaksimalkan  serangan.

Padahal apabila bekerja dengan baik, formasi 4-2-3-1 mampu menjaga jarak antar pemain di setiap lini secara vertikal lebih berdekatan, sehingga seharusnya 3 gelandang yang ditempatkan untuk melapisi lini serang mampu bergerak cepat turun ke bawah sehingga lini gelandang bertahan akan mendapatkan kekuatan 5 pemain penuh ketika bola memasuki area tengah mendekati garis pertahanan,

Begitu bola memasuki area pertahanan,  idealnya di sana akan menumpuk 9 pemain plus 1 penjaga gawang di bagian pertahanan, sehingga seharusnya pertahanan Real Madrid dijaga dan dilapisi sangat ketat, akan tetapi faktanya tidak demikian karena ambisi menyerang pemain terlalu besar, sehingga pemain telalu maju ke depan dan malas turun ke belakang.

Hasil kurang menyenangkan dari laga ini bagi Real Madrid bukan merupakan kartu mati untuk lolos ke babak 16 besar Liga Champions, masih tersisa satu laga lagi menghadapi Borussia Mönchengladbach dan harus menang untuk memastikan berpartisipasi dalam putaran babak 16 besar Liga Champions 2020-2021. 

Kekalahan Borussia Mönchengladbach oleh Inter Milan memperbesar peluang Real Madrid lolos karena dengan demikian poin Borussia Mönchengladbach  tidak bertambah tetap dengan 8 poin, artinya laga Borussia Mönchengladbach tersebut juga mengandaskan kepastian Borussia Mönchengladbach lolos ke babak 16 besar.