Pembelajaran Chelsea vs Tottenham Hotspur, antara Dominasi Umpan Pendek vs Transisi Cepat


Chelsea memiliki catatan yang lebih baik dibanding Tottenham Hotspur ketika saling berhadapan dalam laga liga domestik maupun kompetisi lainnya.  Apalagi apabila pertandingan digelar di markas Chelsea, Stamford Bridge tentu akan memberikan keuntungan tersendiri.

Chelsea mencatatkan kemenangan dari tiga pertandingan Liga Premier terakhir atas Tottenham Hotspur, dan Tottenham Hotspur hanya memenangkan satu pertandingan dari 34 laga tandang terakhir ketika melawat ke markas Chelsea pada semua kompetisi.

Pertandingan terakhir Chelsea ketika harus menghadapi Tottenham Hotspur terjadi pada hari Minggu, 29 November 2020 baru beberapa hari lalu, ketika kedua tim harus puas dengan berbagi angka ketika pertandingan diakhiri dengan skor sama 0 : 0 tanpa gol di kedua tim.

Bagi Tottenham Hotspur pencapaian ini tidak terlalu buruk mengingat raihan sebelumnya ketika bertamu ke kandang Chelsea.  Namun, bagi Chelsea momentum tersebut terbuang sia-sia mengingat Chelsea selama ini sangat mendominasi raihan sempurna laga kandang ketika menjamu Tottenham Hotspur.

Tetapi bukan itu yang hendak ditekankan kali ini.  Setelah pertandingan yang berakhir seri untuk kedua tim di Standford Bridge tersebut, ada pembelajaran menarik yang dapat dipetik, baik dari strategi Chelsea maupun Toittenham Hotspur.

Tottenham Hotspur yang baru saja sukses ,menundukkan Manchester City, yang kemudian menerapkan strategi yang sama ketika berhadapan dengan Chelsea, ternyata tidak mampu memaksimalkan laga sebagaimana ketika menghadapi Citry.

Padahal, apabila ditilik dari sisi statistik pertandingan terlihat bahwa pola permainan yang diterapkan Chelsea tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan Manchester City.  Dominasi permainan dan penguasaan bola serta akurasi umpan menjadi andalan.

Chelsea praktis menguasai jalannnya pertandingan dengan menguasai 60% lebih bola dalam genggaman pemainnya, dengan tingkat akurasi umpan hingga mencapai 89%, berbanding dengan akurasi umpan 80% untuk Tottenham Hotspur.

Fakta ini menegaskan bahwa dalam penguasaan bola bahkan Manchester City lebih merepotkan Tottenham Hotspur dibanding Chelsea, namun haasil akhir pertandingan masih lebih baik Chelsea dengan menahan imbang Tottenham Hotspur yang saat ini ditangani pelatih berpengalaman Eropa, Jose Mourinho.

Namun, fakta yang menarik dari pertandingan Chelsea vs Tottenham Hotspur adalah berkurangnya tekanan penguasan bola oleh Chelsea ternyata diimbangi dengan penebalan lini pertahanan sehingga lebih men yulitkan serangan yang dibangun Tottenham Hotspur.

Pada bagian fakta ini menunjukkan Chelsea lebih memilih megurangi tekanan dominasi bola untuk memastikan lini pertahanan lebih aman dan ternyata berhasil, dibandingkan dengan Manchester City.

Manchester City pada saat menghadapi Tottenham Hotspur terlalu asik mendominasi penguasaan permainan, hingga terjadi kelengahan lini pertahanan yang dimaksimalkan penyerang Tottenham Hotspur kala itu, sehingga City harus rela kebobolan dua gol dari Tottenham Hotspur.

Formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Mourinho ketika menghadapi pasukan Pep Guardiola maupun Frank Lampard sejatinya mampu melakukan manuver transisi cepat antara menyerang dan bertahan, 

Sedangkan formasi 4-3-3  yang diterapkan Manchester City dan Chelsea mampu menjaga kerapatan pemain dalam satu lini, baik pada lini pertahanan, lini tengah maupun lini penyerang.  Formasi ini memungkinkan untuk mengalirkan bola dalam umpan pendek, cepat dan akurat.

Kehati-hatian Lampard dalam menerapkan formasi 4-3-3 dengan menjaga kedisiplinan lini belakang tetapi konsekuensinya mengurangi tekanan penguasaan bola yang diarahkan ke garis pertahanan lawan menyebabkan pasukan Mourinho tidak memiliki peluang berarti mencetak gol.

Hal ini dibuktikan dengan Tottenham Hotspur hanya mampu melakukan 5 kali tendangan percobaan ke arah gawang dan hanya satu kali yang tepat sasaran tanpa ada yang terkonversi menjadi gol.  

Resikonya, Lampard harus puas dengan 13 kali percobaan tendangan ke arah gawang, berbeda jauh dengan Manchester City yang lebih agresif menguasai bola dan mampu melakukan 22 kali tendangan ke arah gawang ketika dikalahkan Tottenham Hotspur.

Mungkin keseimbangan pertahanan dan menguasai permainan yang diterapkan Lampard mampu mengimbangi strategi Mourinho tetapi belum sampai bisa mengunggulinya untuk meraih poin penuh ketika berhadapan dengan tim yang menerapkan strategi transisi cepat antara menyerang dan bertahan.

Sebaliknya, pekerjaan besar bagi Mourinho adalah mempersolid pertahanan dan mempertajam lini serangannya apabila berhadapan dengan tim dengan penguasaan bola dominan dan umpan-umpan akurat, untuk memperbesar peluang meraih poin sempurna.