Kapabilitas Mitsubishi Bangun Pesawat Tempur Generasi Baru

Sebagaimana diketahui sebelumnya, seminggu yang lalu Pemerintah Jepang yang telah menguraikan proyek jet tempur generasi mendatang di negara itu, dengan memilih Mitsubishi Heavy Industries sebagai kontraktor utama untuk memimpin perusahaan Jepang dan AS, dengan kontraktor pertahanan Amerika Lockheed Martin memberikan dukungan teknologi.

Langkah Pemerintah Jepang tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah  pada tahun 2018, yang telah mencanangkan pengembangan kemampuan pertahanan jangka menengah  untuk mengembangkan pesawat tempur berikutnya terutama melalui industri pertahanan dalam negeri.

Kementerian Pertahanan Jepang juga telah menandatangani kontrak dengan Mitsubishi Heavy pada bulan Oktober 2020 lalu, sebagai pengembang utama dari proyek generasi baru pesawat tempur Jepang tersebut, dimana pabrikan tersebut bertanggung jawab atas desain pesawat dan integrasi sistem. 

Lalu, bagaimanakah sebenarnya rekan jejak Mitsubishi Heavy Industries dalam kemampuan membangun pesawat tempur, sehingga Pemerintah Jepang begitu mempercayanya untuk menjadi kontraktor utama pengembangan pesawat tempur generasi terbarunya?

Usut punya usut, ternyata bukan hanya kali ini saja Mitsubishi Heavy Industries terlibat aktif dalam pengembangan pesawat tempur negaranya, akan tetapi beberapa dekade yang lalu,.pabrikan ini sudah sedari awal terlibat dalam pemenuhan alutsisa pesawat tempur angkatan bela diri Jepang.

Dua jenis pesawat tempur yang saat ini masih berjuang bersama pasukan bela diri Jepang, pesawat tempur yang dinamai Mitsubishi F-1 dan Mitsubishi F-2 adalah bukti dan saksi nyata dari peran aktif pabrikan ini mengembangkan pesawat tempur Jepang.  

 

Pesawat Tempur Mitsubishi F-1

Pesawat tempur yang disebut sebagai Mitsubishi F-1 merupakan jet tempur yang dibangun di dalam negeri Sakura, yang dikembangkan dan dibangun Jepang pertama kali sejak Perang Dunia II usai.  Pesawat tempur ini masuk produksi di Jepang sejak akhir Perang Dunia II.

Pabrikan yang dipercaya pemerintah Jepang kala itu adalah Mitsubishi Heavy Industries dan Fuji Heavy Industries, yang bersama-sama mengembangkan F-1, dengan tampilan pertama menyerupai Anglo SEPECAT Jaguar Prancis.

Meskipun menggunakan mesin yang sama dengan Anglo SEPECAT Jaguar Prancis, namun Pesawat Tempur Mitsubishi F-1 ini benar-benar murni dari upaya Jepang membangun armada tempurnya, tidak terkait dengan perusahaan lainnya di luar negeri.

Pesawat tempur Mitsubishi F1 dengan total sebanyak 77 pesawat yang telah dibuat, dianggap mirip dengan pesawat Jaguar, sesungguhnya adalah bentuk versi tempur dari pesawat T-2 trainer dengan melakukan beberapa modifikasi penting, dimana Kokpit belakang T-2 diubah menjadi tempat bahan bakar.

Upaya modifikasi lain dari pesawat T-2 trainer tersebut adalah termasuk penambahan dua tiang sayap dan tiang bodi pesawat dan penambahan meriam Vulcan 20mm beserta sistem avionik baru, yang memungkinkan Mitsubishi F-1 dapat menyerang pesawat lain dengan jarak yang relatif dekat dan dapat digunakan dalam misi intersepsi dengan membawa misil AIM-9.


Pesawat Tempur Mitsubishi F-2

Pesawat tempur Mitsubishi F-2 merupakan pesawat tempur yang memiliki kemampuan multi peran, dan diproduksi oleh Mitsubishi Heavy Industries (MHI) bersama-sama dengan Lockheed Martin untuk Angkatan Udara Bela Diri Jepang.

Pembangunan dan pengembangan Pesawat Mitsubishi F-2 direncanakan sebagai pengganti Mitsubishi F-1 yang menua. Pesawat tempur mesin-tunggal F-2 (FS-X) mempunyai performa yang dapat disetarakan dengan kemampuan pesawat tempur F-16 tetapi dengan biaya tiga kali lebih mahal daripada F-16 atau sama dengan F-15.

Pesawat tempur ini didesain berdasarkan perjanjian dengan split 60/40 di bidang manufaktur antara Jepang dan Amerika Serikat, dimana produksi dimulai pada tahun 1996 dan pesawat pertama diserahterimakan dan digunakan secara efektif mendukung kekuatan pertahanan udara Jepang pada tahun 2000.

Setidaknya 76 pesawat tempur Mitsubishi F-2 pertama digunakan secara efektif mendukung kekuatan pertahanan udara Jepang pada tahun 2008, dengan kontrak total 94 pesawat. Pada tahun 2005, Departemen Pertahanan mengubah kategori dari Dukungan Fighter ke Fighter.