Dua Kunci Rahasia Kemenangan Inter Milan Atas Sassuolo


Apa yang bisa dibayangkan ketika sebuah tim sepakbola mampu bermain sangat mendominasi jalannya pertandingan atau dalam hal penguasaan bola, ditambah lagi dengan akurasi passing yang jauh lebih baik antar pemain?

Maka, yang terjadi adalah lawan memiliki sedikit kesempatan merebut bola dan bahkan berpotensi menjadikan lawan tak mampu berbuat banyak pada laga tersebut.  Itulah kira-kira gambaran umum permainan bola.

Pada prinsipnya kalau menguasai pertandingan berarti mampu berbuat lebih banyak, membangun peluang lebih besar mencetak gol dan itu artinya kemenangan menunggu di depan mata.  Namun apa yang terjadi sesungguhnya pada pertandingan Sassuolo versus Inter Milan.

Mengapa seolah terjadi anomali di tengah pertandingan kala Sassuolo sepanjang pertandingan jauh lebih banyak menguasai bola bahkan hingga mencapai 2/3 dari seluruh pertandingan dan akurasi umpannya pun hanya 1 umpan dari 10 umpan tidak akurat, dibanding Inter Milan yang melakukan kesalahan hampir 1 dari 5 umpan yang dilakukan tidak akurat.

Namun faktanya, dengan kondisi dominasi permainan dan akurasi umpan yang jauh lebih baik Sassuolo dibanding Inter Mulan, justru membuat Sassuolo dipaksa menyerah dengan perlawanan tim tamu Inter Milan dengan skor yang sangat meyakinkan 0  :  3 untuk kemenangan Inter Milan.

Hal ini tidak lain sangat terkait dengan kekuatan lini belakang dan ketajaman lini depan Inter Milan, sehingga dapat menjaga dua kunci kesuksesan Inter Milan, yakni memastikan serangan yang efektif dan tendangan efisien ke gawang lawan.

Tak masalah bola jauh lebih banyak dikuasai Sassuolo, demikian juga dengan umpan-umpan yang jauh lebih akurat diperagakan Sassuolo di depan para pemain Inter Milan, tetapi sekali para pemain Inter Milan mendapatkan bola maka tidak akan disia-siakan.

Para pemain Inter Milan lebih mampu memastikan serangannya jauh lebih mematikan dan jauh lebih efisien dalam menciptakan gol dibanding Sassuolo yang terlalu asik dengan permainan penguasaan bolanya dan umpan-umpan antar pemainnya.

Inter Milan juga diuntungkan dengan lebih rapuhnya lini pertahanan Sassuolo  yang hanya memasang 4 pemain belakang dan dapat dibantu secara cepat dengan keberadaan 2 gelandang bertahan di depannya karena menggunakan formasi 4-2-3-1, sedangkan lini belakang Inter Milan yang menerapkan formasi 3-5-2 diperkuat dengan 3 pemain belakang dan dapat dibantu dengan 3 gelandang bertahan dan jika diperlukan 2 gelandang serang pun akan turun membantu pertahanan.

Upaya menonjolkan ketajaman serangan Inter Milan tampak dengan menempatkan striker yang tajam sekaligus berpengalaman Alexis Sánchez (7) berduet dengan striker lainnya, Lautaro Martínez (10) sebagai ujung tombak serangan.

Pola ini tampaknya berhasil ketika dengan bermodalkan 11 kali percobaan tendangan ke arah gawang, 4 kali mencapai target dan 3 kali terkonversi menjadi gol, meski hanya menguasai 1/3 pertandingan. Sassuolo yang mencoba melepaskan 13 kali tembakan, hanya 3 kali yang mencapai sasaran dan tidak satupun yang terkonversi menjadi gol.

Sekali lagi, dominasi permaiman dan penguasaan bola ditambah lagi dengan akurasi umpan membuktikan bukan segala-galanya dalam permainan sepakbola. Mourinho yang saat ini menangani salah satu tim Liga Premier, Totrtenham Hotspur adalah pelatih yang cukup berpengalaman dalam membongkar dominasi permainan tim lawan, termasuk ketika menangani Real Madrid.

Idealnya dominasi permainan harus dibarengi dengan ketajaman serangan dan solidnya lini pertahanan, maka dalam kondisi seperti ini tidak ada lawan tidak mampu diatasi. Akan tetapi menciptakan kondisi yang hampir ideal atau sempurna seperti itu bukan perkara mudah, dan sulit dilakukan sepanjang putaran liga berlangsung, karena berbagai hal misalnya kelelahan pemain atau cedera, atau bahkan tidak didukung kualitas individu pemain.

Kemenangan Inter Milan atas dominasi permainan Sassuolo turut memperkuat adagium bahwa masih banyak jalan menuju Roma ketika menghadapi permainan yang dominan dan umpan-umpan yang sangat akurat, sebagaimana juga diperagakan beberapa tim lainnya seperti Totenham Hotspur di Liga Premier yang memaksa Manhester City menyerah dengan pola yang sama.