Situasi politik dan kebijakannya tidak dapat dilepaskan dampaknya terhadap fluktuasi ekonomi makro. Pergantian kekuasan politik di gedung putih Amerika Serikat dari Donald Trump ke Joe Bidden tampaknya memiliki pengaruhnya sendiri terhadap rumor yang berkembang di pasar keuangan global.
Pengaruh semacam ini tak bisa dihindari mengingat skala perdagangan Amerika Serikat secara global yang sangat besar dan disertai dengan penggunaan mata uang dollar yang ikut mengglobal.
Seperti diberitakan investing.com, perihal bergantinya kekuasaan di gedung putih ke tangan Joe Biden turut diiringi dengan munculnya kandidat kuat Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen, mantan kepala Federal Reserve.
Joe Biden sendiri menegaskan kebijakannya ke depan dimana menangani pandemi adalah prioritas
pertamanya, dan telah meminta anggota parlemen AS untuk mengesahkan RUU
stimulus baru sebelum dirinya secara resmi menjabat pada bulan Januari.
Sedangkan Janet Yellen, sang calon kuat Menteri Keuangan pada masa lalu dinilai mampu membantu mengarahkan pemulihan ekonomi setelah krisis keuangan 2007 dan resesi berikutnya.
Latar belakang ini dinilai memainkan keyakinan yang mendasari bahwa lebih banyak bantuan fiskal sedang dalam persiapan untuk digelontorkan, yang diduga kemungkinan menekan dolar.
Secara logis,. stimulus fiskal akan menyebabkan peredaran uang dollar di pasar akan meningkat dan menyebabkan psikologi pasar mengantisipasinya dengan melakukan aksi jual terhadap dollar sehingga menekan nilai tukar dollar.
Dolar mengalami pelemahan di awal perdagangan Eropa pada hari Jumat, mendorong harapan stimulus skala besar dari pemerintahan baru untuk memerangi pandemi Covid-19.
EUR / USD naik 0,1% menjadi 1,1926, mendekati level tertinggi dua bulan, sementara USD / JPY turun 0,2% menjadi 104,06. Selain itu, AUD / USD naik 0,2% menjadi 0,7372, mendekati tertinggi tiga bulan, sementara NZD / USD naik 0,2% menjadi 0,7021, mendekati level terkuat dalam lebih dari dua tahun.