Juventus Lebih Efektif, Lazio Lebih "Beruntung"

Persaingan papan atas Serie A Italia berlangsung seru dan kompetitif ketika Juventus harus bertandang ke kubu lawan, Lazio pada putaran pekan ke-7 Serie A Italia.

Bagaimana tidak, apabila Juve mampu merebut poin penuh pada pertandingan tersebut artinya perolehan poin Juventus 15 poin dan itu artinya, akan mendongkrak peringkat menuju posisi ke-2 karena selisih gol yang lebih banyak.

Bagi Lazio, yang setelah pertandingan ini harus puas di peringkat ke-9 dengan raihan 11 poin dengan selisih gol  minus 2, apabila mampu meraup poin penuh maka posisinya akan bergeser naik menuju peringkat 6 atau 7 tergantung selisih golnya.

Namun sayang, harapan itu belum berpihak bagi Juventus ataupun Lazio.  Kedua tim harus puas dengan berbagi angka merujuk pada skor imbang 1 : 1. ketika pertandingan 45 x 2 menit secara penuh selesai digelar di Stadio Olimpico Markas Lazio.  

Hasil ini bagi Lazio sebenarnya tidak terlalu buruk mengingat dalam 12 kali pertemuan di Serie A sebelumnya, Biancocelesti hanya mampu unggul 2 kali, sedangkan Bianconeri berkesempatan unggul 10 kali.  Hasil seri dari pertemuan kedua tim pernah terjadi pada Januari 2004 dengan skor sama 1 : 1.

Pada kesempatan pertandingan kali ini kedua pelatih tidak memasang formasi yang sama untuk tim masing-masing.  Andrea Pirlo menerapkan formasi 3-4-3 untuk Juventus, sedangkan Simone Inzaghi lebih memilih formasi 3-5-2 untuk tim asuhannya, Lazio.

Pertandingan babak pertama menempatkan Juventus lebih unggul dibanding Lazio setelah Cristiano Ronaldo (7) melesakkan satu gol ke gawang Lazio pada menit ke-15 setelah menerima umpan silang Juan Cuadrado (16) yang fantastis dari sisi kanan.

Kedudukan 0 : 1 untuk keunggulan Juventus bertahan hingga babak pertama berakhir. Pada babak kedua Lazio tampil lebih dominan dan beberapa kali melakukan pergantian pemain.  Setidaknya  5 kali pergantian pemain dilakukan terhadap 1 pemain belakang, 3 pemain gelandang, salah satunya gelandang serang dan 1 pemain penyerang (Striker).

Pergantian ini jelas menunjukkan ambisi Lazio untuk menggedor pertahanan Juventus dalam upaya setidaknya menyamakan kedudukan.  Hingga waktu normal berakhir di menit ke-90, belum terjadi perubahan skor dari kedua tim.

Namun, terjadi momentum yang menguntungkan Lazio ketika memasuki masa perpanjangan waktu.  Pemain penyerang Lazio, Joaquin Correa (11) bermanuver melewati kerumunan pemain dan memberikan umpan kepada Felipe Caicedo (20), yang berhasil dikonversi menjadi gol brilian ke pojok kanan bawah.

Dominasi Lazio di babak kedua, menempatkan Lazio secara statistik pertandingan lebih unggul dalam penguasaan bola hingga 55% dengan melakukan umpan 584 kali. Namun efektivitas daya gedor Juventus tampaknya harus lebih diakui.

Juventus, sepanjang pertandingan mampu melesakkan 11 percobaan tendangan ke arah gawang, 5 tendangan di antaranya tepat sasaran dan 1 kali terkonversi menjadi gol,  Lazio harus mengakui ini, karena dari 14 kali percobaan tendangan Lazio ke gawang, hanya 4 kali yang tepat sasaran, dan 1 kali terkonversi menjadi gol.

Tendangan ke arah gawang Lazio dengan tingkat akurasi menuju sasaran yang lebih rendah dibanding Juventus menegaskan satu hal, percobaan tendangan itu lebih banyak bersifat spekulatif, artinya lini perthanan Juventus bekerja cukup baik mengantisipasi serangan.

Namun sayangnya, pada menit perpanjangan waktu, keberuntungan bagi Lazio datang, kinerja lini pertahanan Juventus dibuat tidak berdaya ketika menghadapi manuver penyerang Lazio, Joaquin Correa (11) yang memberikan assist kepada Felipe Caicedo (20), untuk kemudian dikonversi menjadi gol pada menit ke-90 + 5.

Hasil pertandingan seri ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi kedua tim.  Hasil ini sesungguhnya mengulang peristwa yang sama ketika Juventus dan Lazio saling berhadapan sebagai sebuah tim dalam putaran laga  Serie A Italia pada bulan Januari 2004 yang lalu.