Pertarungan dua tim papan atas Liga Prermier Inggris Minggu dini hari tadi menjadi bagian dari sebuah orkestra permainan yang paling menarik untuk disimak. Laga yang menyajikan pertarungan Tottenham Hotspur berhadapan dengan Manchester City.
Bagaimana tidak menarik, Manchester City praktis menguasai jalannya pertandingan baik dari segi penguasaan bola, jumlah operan dan akurasi operan, bahkan peluang menciptakan gol yang jauh lebih baik sebagai tanda keunggulan kualitas individu rata-rata pemain dan permainan kolektifnya.
Tetapi ternyata, permainan Manchester City tersebut mampu dibungkam Tottenham Hotspurs tanpa mampu memberikan pembalasan, dengan skor hasil akhir pertandingan yang cukup telak 2 : 0 untuk kemenangan Tottenham Hotspur.
Apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan antara dua tim papan atas Liga Premier pada minggu pagi itu . Menurut pespektif indoline.info, sesungguhnya hal tersebut tidak terlepas dari pakem strategi yang dimainkan kedua tim.
Kedua tim memainkan strategi yang berbeda di bawah arahan dua orang manajer yang sama-sama berpengalaman saling berhadapan meskipun pada saat itu mengasuh tim yang berbeda, yang jelas bukan dua tim yang sedang ditangani saat ini.
Strategi pasukan Morinho setidaknya tidak berubah kala Mourinho masih menukangi Real Madrid sedangkan Guardiola mengarsiteki Barceloma. Mengapa harus menggunakan istilah tukang berhadapan dengan arsitek?
Hal ini tidak terlepas dari permainan yang ditunjukkan pasukan Guardiola yang selalu ciamik bagaikan bangunan yang dirancang seorang arsitek, tetapi Mouriho, sang tukang bangunan yang berpengalaman itu, yang lebih pragmatis, tidak terlalu peduli dengan sedemikian cantiknya bangunan, tetapi lebih berfokus melihat adanya kelemahan konstruksi bangunan.
Mourinho adalah pelatih berpengalaman dan disertai segudang prestasi, demikian juga dengan Guardiola, tetapi ketika berhadapan sebagai pelatih dari tim yang berbeda, pendekatan seperti ini selalu digunakan oleh kedua pelatih.
Hal ini karena keduanya tidak memiliki pilihan lainnya. Guardiola dapat dipastikan memainkan filosofi permainan ala tiki-taka Barcelona, itu sudah pasti karena merupakan bagian dari passion dan jiwanya di dunia sepakbola.
Sedangkan bagi Mourinho, akan lebih berfokus memainkan sebuah strategi tim yang mampu memanfaatkan secara maksimal setiap celah permainan Guardiola untuk mengefektifkan serangan berbuah menjadi gol sebagai ukuran.
Mourinho tentu tidak akan bisa memainkan strategi yang sama sebagaimana Goardiola, karena kalau memaksakan di samping tidak mungkin memenangkan pertandingan karena berhadapan dengan masternya (Pep Guardiola), tentu tidak didukung dengan kualitas individu pemain Spurs.
Oleh karena itu, apabila dilihat dari terciptanya dua gol yang menandai keunggulan Tottenham Hotspur, maka fakta kedua gol tersebut menegaskan filosofi strategi yang dijalankan Mourinho, yang sekaligus merupakan strategi kontra tiki-taka ala Barca.
Mourinho membutuhkan dukungan formasi yang mampu melakukan transisi menyerang cepat dan segera berubah bertahan dengan cepat, maka
dipasanglah formasi 4-2-3-1. Sementara Guardiola berkeyakinan kali ini
memasang formasi 4-3-3 untuk mengefektifkan permainan umpan-umpan pendek akurat dan cepat, meski tidak selalu dengan formasi ini.
Sementara Manchester City sibuk menyerang dengan umpan-umpan pendek akurat dan cepat, pasukan Mourinho berfokus mencoba melihat setiap peluang yang ada dimana area pertahanan Manchestrer City terlihat lemah tak terjaga.
Kedua gol Tottenham Hotspurs terciptya dari keadaan ini. Gol pertama tercipta ketika pemain sayap kanan Tottenham Spurs, Son Heung-min (7) yang menjadi lapis kedua penyerang atau sederhananya sebagai gelandang serang, melihat ada area kosong di sisi tengah kiri serangan Spurs atau area sisi kanan pertahanan dekat kotak pinalti City.
Kemudian memberikan tanda kepada rekannya, Tanguy Ndombele (28) untuk segera mengumpan bola ke arah sana. dan dengan berlari cepat mengkonversikan bola yang dikuasainya menjadi gol cepat menit ke-5 di babak pertama, melalui keputusan tanpa ragu melakukan tendangan yang cukup kuat dan akurat ke arah gawang.
Gol kedua terjadi dengan momentum agak berbeda tetapi dengan prinsip yang sama, karena bukan terjadi akibat ada area kosong di lini pertahanan, akan tetapi area kosong tercipta berkat pergerakan penyerang utama Tottenham Spurs, Harry Kane (10) di tengah lapangan yang mengecoh pertahanan Manchester City.
Pergerakan cepat penyerang utama Tottenham Spurs di tengah lapangan itu, bergerak sangat cepat dan lurus menuju ke arah garis pertahanan dan gawang Manchester City tersebut, seolah mengincar area tengah Manchester City.
Pergerakan penyerang Tottenham Hotspur ini menyebabkan hampir seluruh pemain pertahanan City ataupun pemain yang membantu pertahanan berfokus meredam arah serangan ini dan tidak melihat pergerakan pemain gelandang Tottenham Spurs di sisi kiri pertahanan City.
Pemain Tottenham Hotspur mengoper bola ke sisi kiri serangan Spurs atau sisi kanan pertahanan Manchester City, dan dengan satu dua sentuhan bola dilesakkan pemain gelandang tengah pengganti Giovani Lo Celso (18) ke gawang City dan terkonversi menjadi gol kedua pada menit ke-65 bagi Tootenham Spurs.
Kedudukan skor 2 : 0 untuk tuan rumah Tottenham Spurs pada pertandingan yang berlangsung di bertahan hingga akhir pertandingan, tanpa memberi kesempatan kepada Manchester City membalas dengan satu gol pun.
Tottenham Hotspurs meraih poin sempurna dan meransek menjadi jawara klasemen sementara, sementara Manchester City harus puas bertengger di peringkat ke-11 klasemen sementara pekan ke-9 putaran Liga Premier Inggris.