Militer negara mana atau setidaknya pemerhati militer dari negara mana, yang tak kenal jet tempur siluman generasi ke-5 F-35 buatan Lockheed Martin cs yang sedang hangat menjadi perbincangan di kalangan pemerhati alutsista kekuatan udara di seluruh dunia.
Eurofighter Typhoon, meskipun tak setenar jet tempur Lockheed Martin F-35, tetapi namanya cukup dikenal sebagai jet tempur canggih generasi ke-5, yang menjadi salah satu alternatif terbaik ketika F-35 tidak berada di tangan.
Tetapi jangan salah sangka, ini bukan soal pertempuran udara Head to Head antara jet tempur F-35 dengan Eurofighter Typhoon ketika terlibat dalam peperangan antar negara ataupun peperangan apapun, atau sekedar terlibat dalam kerjasama militer dengan melakukan simulasi latihan perang duel udara.
Juga tidak dimaksudkan sebagai persaingan antara konsorsium Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan BAE sebagai produsen F-35, dengan produsen Eurofighter Typhoon yang dipegang konsorsium dari Airbus, BAE Systems dan Leonardo yang menguasai mayoritas proyek melalui gabungan perusahaan holding , Eurofighter Jagdflugzeug GmbH.
Persaingan kedua pesawat tempur generasi ke-5 dari produsen berbeda tersebut hanya terjadi di level kebijakan parlemen Jerman. Seminggu yang lalu parlemen Jerman memutuskan memilih Eurofighter Typhoon dibanding jet tempur F-35, untuk menggantikan armada Panavia Tornado Angkatan Udara Jerman.
Komite Anggaran dari Parlemen Jerman pada tanggal 5 November 2020 diketahui telah memberikan persetujuan kepada Kementerian Pertahanan Jerman untuk membeli 38 Eurofighter Typhoon generasi terbaru melalui Airbus senilai 5,4 miliar euro, sebagaimana dilansir airspace-review.com.
Masih menurut sumber yang sama, sesungguhnya ini bukan sesuatu yang baru, mengingat pada akhir tahun lalu dan pada Maret 2020 Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) mengumumkan telah memilih untuk mendapatkan 90 Eurofighter Typhoon, 30 F/A-18E/F Super Hornet, dan 15 EA-18G Growler daripada membeli F-35 Lightning II untuk mengganti armada Panavia Tornado.
Untuk diketahui, hingga saat ini sejumlah Angkatan Udara dari sejumlah negara telah menetapkan kebijakan untuk melakukan pemesanan pesawat tempur generasi ke-5, Eurofighter Typhoon untuk memperkuat armadanya.
Beberapa Angkatan Udara tersebut antara lain, Royal Air Force Inggris, Luftwaffe Jerman, Aeronautika Militare Italia, Ejercito Del Aire Spanyol, Luftstreitkräfte Austria, Angkatan Udara Kerajaan Saudi, Angkatan Udara Kerajaan Oman, Angkatan Udara Kuwait, dan Angkatan Udara Qatar.
Dikutip dari laman resmi Eurofighter Typhoon, disebutkan bahwa Eurofighter Typhoon memberikan tingkat fleksibilitas dan efisiensi yang membuat cemburu dan patut ditiru. Hanya Eurofighter Typhoon yang memiliki ketersediaan senjata yang memadai.
Pesawat ini memiliki hingga 6 bom serta membawa enam rudal, sebuah meriam dan sebuah pod penargetan, dan kekuatan pemrosesan yang cukup untuk secara bersamaan mendukung pembaruan rudal dalam penerbangan dan membom target ketika terbang.
Eurofighter Typhoon dirancang untuk ditingkatkan dan diperpanjang agar dapat digunakan secara efektif selama beberapa dekade. Menggabungkan badan pesawat yang lincah dan teruji yang dibangun dari bahan siluman.
Sensor, kontrol, dan sistem senjata terbaru memberikan kemampuan tempur yang optimal - baik di luar jangkauan visual (BVR) maupun dalam pertempuran jarak dekat. Sistem senjata, teknologi navigasi, dan infrastruktur kontrol semuanya dirancang untuk ditingkatkan, untuk terus meningkatkan kinerja pesawat secara keseluruhan.
Badan pesawat ini dibangun dengan material komposit yang canggih untuk menghasilkan profil radar yang rendah dan badan pesawat yang kuat. Hanya 15% permukaan pesawat yang terbuat dari logam, memberikan operasi siluman dan perlindungan dari sistem berbasis radar.
Pilot dimasukkan dalam desain dari tahap paling awal untuk mengembangkan badan pesawat yang ketika dalam keadaan tidak stabil masih dapat diterbangkan secara efektif. Ini memberikan kemampuan manuver yang unggul pada kecepatan subsonik dan kemampuan supersonik yang efisien untuk mendukung skenario pertempuran terluas.
Sementara itu, pesaingnya Lockheed Martin F-35, berdasarkan release dari laman resmi Lockheed Martin, sejumlah delapan negara mitra, dan penjualan kepada enam militer negara asing telah memastikan menggunakannya, serta dua negara sedang diupayakan (Finlandia dan Swiss).
Keterangan resmi dari laman tersebut menyebutkan F-35 dikembangkan, diproduksi, dan didukung oleh tim internasional sekutu pemerintah dan pemimpin industri kedirgantaraan. Program F-35 dikelola oleh Kantor Program Gabungan F-35 Pentagon, Angkatan Udara AS, Korps Marinir AS dan Angkatan Laut AS semuanya mendapatkan dan mengoperasikan F-35.
Ada delapan mitra program internasional, yang mencakup Amerika Serikat, Inggris, Italia, Belanda, Australia, Norwegia, Denmark, dan Kanada. Enam pelanggan Penjualan Militer Asing juga mendapatkan dan mengoperasikan F-35 - Israel, Jepang, Korea Selatan, Polandia, Belgia dan Singapura.