Permainan Didominasi City, Liverpool Imbangi dengan Perbanyak Peluang


Salah satu pertandingan yang ditunggu-tunggu pada putaran Liga Premier Inggris adalah ketika Liverpool dan Manchester City harus berhadap-hadapan untuk memastikan siapa tim yang paling tangguh dan unggul saat pertandingan berlangsung.

Hal ini mengingat, dalam waktu yang belum lama ini, ketika kursi kepelatihan Liverpool ditangani manajer sekelas Jurgen Klop, yang terbukti banyak menorehkan prestasi di kancah Eropa, perebutan tahta jawara Liga Premier Inggris di antara kedua tim tersebut semakin ketat dan menarik.

Pep Guardiola yang lebih lama berkancah di Liga Premier Inggris menangani Manchester City dibanding Jurgen Klop, tentu saja ingin mempertahankan dominasi tim yang diasuhnya, untuk menjadi pemuncak klasemen di akhir putaran Liga.

Namun, upaya Jurgen Klop membangun Liverpool sebagai manajer yang berpengalaman menangani tim-tim Eropa, yang terbukti telah menorehkan prestasi prestisius, telah membuahkan hasil pada putaran Liga Premier Inggris sebelumnya dan tentu saja berharap akan terulang pada putaran Liga Premier Inggris kali ini.

Pada laga kali ini, Liverpool harus bertandang ke kubu lawan untuk berlaga selama 45 x 2 menit di Etihad Stadium, tentu saja dengan harapan mampu mencuri 3 poin penuh atau setidaknya tidak kehilangan poin sama sekali.

Pada saat laga berlangsung, kedua tim tampak menerapkan formasi  yang sama, dan khas diterapkan oleh tim-tim besar Eropa, formasi 4-2-3-1.

Formasi ini menempatkan 4 pemain bek di belakang, 2 pemain gelandang bertahan di tengah belakang, 3 pemain gelandang penyerang di tengah depan, dan 1 pemain penyerang di depan. 

Pengaturan posisi 4 pemain bek di belakang dan 2 pemain gelandang bertahan di tengah belakang diharapkan akan menciptakan pertahanan tim yang solid, kuat dan susah ditembus. 

Sedangkan penempatan 3 pemain gelandang penyerang di tengah depan dan 1 pemain penyerang di depan diharapkan mampu membuat serangan tim menjadi lebih tajam, berlapis dan bervariatif.

Duel kali ini, dengan formasi yang sama sebenarnya kedua tim bermain cukup berimbang dan hasil akhirnya pun berimbang dengan skor 1 : 1, yang membedakannya adalah gaya permainan kedua tim, karena tampaknya filosofi manajer dari kedua tim tersebut agak berbeda.

Konsekuesi dari filosofi juru racik kedua tim tersebut bisa dilihat dari permainan kedua tim, ketika berhadapan di lapangan.  Seperti biasanya Manchester City tampak mendominasi permainan, sedangkan Liverpool berusaha mengimbanginya dengan menciptakan lebih banyak peluang.

Statistik pertandingan membuktikan hal itu, dimana penguasaan bola 55% di bawah kendali Manchester City.  Liverpool setidaknya melakukan upaya tendangan ke arah gawang sebanyak 10 kali dengan 3 kali di antaranya tepat sasaran dan hanya 1 tendangan terkonversi menjadi gol melalui tendangan pinalti Mohammad Salah.

Sebaliknya, Manchester City hanya 7 kali mengarahkan tendangan bola ke gawang lawan, 2 kali di antaranya tepat sasaran dan hanya 1 tendangan yang terkonversi menjadi gol melalui Gabriel Jesus pada menit ke 31.

Penyegaran pemain pun dilakukan oleh kedua tim papan atas tersebut, dimana kedua tim mencoba melakukan penyegaran terhadap gelandang serang. Pergantian ini menegaskan bahwa kedua tim masih sama-sama berambisi menyerang lawan.

Liverpool melakukannya pada menit ke-59, yang mengganti Roberto Firmino (9) dengan  Xhendan Shaqiri (23), sedangkan City melakukannya pada menit ke-61, yang mengganti Ferran Torres (21) dengan  Bernardo Silva (20)

Meski dominasi pertandingan masih terus dikuasai City, terutama setelah menit ke-70, tetapi tampaknya ancaman serangan balasan Liverpool tampak nyata lebih mengancam bagi City.  Hal ini setidaknya terlihat dari sejumlah pelanggaran yang berbuah kartu kuning dilakukan pemain bertahan City pada babak kedua.

Dominasi permainan City setelah menit ke-70 tidak dapat dilepaskan dari persoalan cedera yang mendera pemain belakang Liverpool pada menit ke-63, Trent Alexander-Arnold (66) yang terpaksa digantikan oleh pemain gelandang James Milner (7).

Pelanggaran pada menit ke-79 yang dilakukan oleh pemain bertahan City, Aymeric Laporte (14) dan pelamggaran serupa terjadi pada menit ke-90+3 dilakukan oleh pemain bertahan City lainnya Kyle Walker (2) membuktikan hal ini.

Sementara di lini belakang, terutama pada babak kedua, para pemain belakang Liverpool menjaga dengan sangat ketat dua pemain berbahaya City, Raheem Sterling yang berperan sebagai gelandang serang City dan Kevin De Bruyne yang memberikan assist terciptanya gol untuk City.

Setidaknya upaya keras pemain belakang Liverpool tersebut dibuktikan dengan dihadiahinya kartu kuning untuk pemain belakang Liverpool, Joel Matip (32) setelah melanggar Kevin De Bruyne (17) pada menit ke-46.

Tidak cukup sampai di sini, kawalan ketat pertahanan Liverpool sempat membuat gelandang serang City, Raheem Sterling (9) tidak sabar, sehingga melakukan pelanggaran cukup keras kepada Joel Matip (32) dan berbuah kartu kuning pada menir ke-61.  

Hasil pertandingan ini meskipun gagal membawa Liverpool memuncaki klasemen sementara dan justru bergeser di peringkat ke-3 dari sebelumnya di peringkat ke--2 dengan raihan 17 poin dari 8 pertandingan, namun cukup mengamankan Liverpool dari kehilangan poin ketika bertandang ke markas lawan bebuyutannya, dengan mendapatkan tambahan setidaknya satu poin.

Sementara itu, Manchester City hingga selesainya pertandingan dua klub bergengsi di Liga Premier Inggris tersebut harus puas di peringkat 10 klasemen sementara Liga Premier Inggris dengan raihan 12 poin dari 7 pertandingan, dari sebelumnya bertengger di peringkat ke-13.