Arsenal Bisa Atasi Liverpool Tapi Kesulitan Hadapi Leeds United, ini Penjelasannya

Hasil pertandingan Arsenal kontra Leeds United pada putaran laga Liga Premier Inggris 2020-2021 yang memasuki pekan ke-9 menimbulkan banyak pertanyaan di benak, ada apa dengan Arsenal pada putaran laga Liga Premier Inggris kali ini?

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Arsenal harus puas berbagi angka dengan Leeds United setelah pertandingan antara keduanya selama 45 x 2 menit penuh berakhir dengan skor kacamata 0  :  0.  Tak satupun dari kedua tim berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan.

Apa yang terjadi pada Arsenal ketika menghadapi tim baru promosi ke kasta teratas liga Inggris setelah mampu lolos menjadi jawara Divisi Championship 2019-2020, bersama dengan West Brom sebagai runner-up dan Fulham yang lolos berkat laga play off Championship.

Pengalaman kesulitan menghadapi Leeds United bukan hanya dialami Arsenal, tetapi semua tim yang menjadi peserta Liga Premier Inggris dan sudah pernah merasakan berhadapan dengan Leeds United dalam putaran Liga Premier Inggris 2020-2021.

Liverpool, Fulham, Sheffield United,  Manchester City, Wolves, Aston Villa, Leicester City, Crystal Palace dan yang terakhir Arsenal merasakan bagaimana Leeds United selama 90 menit waktu normal lebih dominan menguasai bola.

Tidak satupun dari tim tersebut yang mampu menguasai bola lebih dari 49% ketika berhadapan dengan Leed Uniteds.  Demikian juga dengan Mancester City yang sudah sangat dikenal permaian penguasaan bolanya.

Manchester City, sang jawara Liga Premier 2018-2019 harus puas dengan penguasaan bola 47% berbanding 53% untuk Leeds United.  Liverpool sang jawara Liga Premier 2019-2020, juga mengalami nasib serupa hanya mampu menguasai 48% dari total permainan ketika berhadapan dengan Leeds United.

Lalu, bagaimanakah strategi untuk mengalahkan tim seperti Leeds United, yang bahkan tim besar seperti Liverpool dan Manchester City pun tidak mampu menunduukan dominasi penguasaan bola Leed United?

Mungkin pembelajaran seperti ini dapat dipetik dari Liverpool, Wolves, Leicester City dan Crystal Palace, empat tim yang sanggup menaklukkan Leeds United meski kalah dominasi penguasaan bola sepanjang pertandingan.

Pembelajaran dari berbagai laga yang berlangsung sebelumnya menunjukkan bagaimana cara untuk mengalahkan atau meredam tim dengan domunasi penguasaan bola sebagaimana Leeds United dan Manchester City ataupun Liverpool.

Pembelajaran tersebut menunjukkan pendekatan setidaknya empat strategi. Pertama, memanfaatkan celah kelemahan pertahanan dan diptimalkan untuk menciptakan gol; Kedua, menciptakan serangan yang mampu membuat celah kelengahan pertahanan lawan;

Berikutnya, ketiga berharap lini pertahanan lawan melakukan kesalahan dan diptimalkan menjadi gol, dan yang terakhir meningkatkan frekuensi atau percobaan tendangan ke arah gawang, mengefektifkan untuk mencapai sasaran dan mengefisienkan konversi gol.

Pendekatan strategi pertama dan kedua dapat dilihat dari pembelajaran ketika Tottenham Hotspur menghadapi Manchester City, dimana dominasi bola, akurasi umpan dan bahkan percobaan tendangan ke arah gawang dikuasai City.

Tetapi Tottenham Spur hanya butuh melihat area pertahanan yang kosong sehingga gol pertama Spurs tercipta, dan gol kedua tercipta berkat pergerakan serangan Spurs yang mampu menciptakan ruang kosong di sisi kanan pertahanan City.

Pendekatan ketiga dapat diambil pembelajaran dari laga Liverpool versus Arsenal musim lalu, dimana penyerang Arsenal yang melihat terjadi kesalahan di lini pertahanan Liverpool secara agresif memanfaatkan peluang itu dan dikonversi menjadi dua gol di babak perttama.

Terakhir, pendekatan memperbanyak peluang percobaan tendangan ke arah gawang, mengefektifkan sasaran dan mengefisienkan konversi gol.   Pendekatan ini dapat diambil dari pembelajaran semua tim yang berhasil menundukkan Leeds United yang lebih dominan menguasai bola.

Liverpool, Wolves, Leicester City dan Crystal Palace yang sukses membungkam doiminasi bola Leeds United, pada dasarnya memiliki prinsip yang sama, yakni memperbanyak percobaan tendangan ke arah gawang, mengefektifkan sasaran dan mengefisienkan konversi gol.

Fakta statistik pertandingan melawan Leeds United membuktikan penjelasan ini.   Liverpool jauh lebih banyak dalam melakukan tendangan ke arah gawang atau dua kali lipat dibanding Leeds United.  

Liverpool  ketika berlaga menghadapi Leeds United pada tanggal 12 September 2020, melakukan 22 kali percobaan tendangan ke arah gawang, dengan 6 kali di antaranya efektif mencapai sasaran dan 4 di antaranya terkonversi secara efisien menjadi gol.

Demikian juga dengan Wolves yang bertanding menghadapi Leeds United pada tanggal 20 Oktober 2020. Wolves tidak mampu memaksimalkan percobaan tendangan ke arah gawang di bawah tekanan penguasaan bola Leeds United.

Namun Wolves tidak kehabisan cara, maka yang mampu dimaksimalkan Wolves adalah mengefektifkan bola menuju gawang. dimana dengan hanya 7 kali percobaan tendangan ke arah gawang, 3 kali di antaranya efektif mencapai sasaran dan 1 kali di antaranya terkonversi secara efisien menjadi gol.

Leicester City, yang sukses mencukur Leeds United dengan skor telak 4 : 1, pada laga tanggal 3 November 2020 mampu mengefektifkan tendangan ke arah gawang meski jumlah tendangan ke arah gawang tidak berbeda jauh dengan Leeds United.

Berada di bawah tekanan penguasaan bola Leeds United, Leicester City melakukan tendangan ke arah gawang yang jauh lebih efektif dibanding Leeds United.  Leicester melakukan percobaan 10 kali tendangan ke arah gawang dan yang efektif mengarah ke sasaran 8 kali, dengan 4 kali terkonversi menjadi gol.

Sedangkan Leeds United meskipun sedikit lebih unggul dengan percobaan tendangan ke arah gawang, yakni 11 kali percobaan, tetapi hanya 4 kali yang secara efektif mencapai sasaran, 1 kali di antaranya terkonversi menjadi gol.

Terakhur, Crystal Palace yang sanggup menghadapi dominasi bola Leeds United pada laga tanggal 7 November 2020, dengan skor yang cukup telak 4  : 1 untuk kemenangan Crystal Palace, dengan mengandalkan strategi serupa sebagaimana Leicester City menghadapi Leeds United.

Leeds United yang dominan menguasai bola di setiap pertandingan ini, konsisten dengan pakem formasi pasukannya 4-1-4-1 pada 8 laga terakhir dan formasi 4-4-1-1 hanya ketika menghadapi Aston Villa, kembali menggunakan formasi 4-1-4-1 ketika menghadapi Arsenal.

Hasilnya sudah bisa ditebak Leeds United kembali mendominasi pertandingan dengan penguasaan bolanya bahkan kali ini hingga mencapai 67%, dengan  Arsenal hanya sanggup menguasai 33% atau 2  : 1.  Hingga akhirnya, ketika laga selesai 90 + 7 menit, tidak satupun tim yang mampu mencetak gol..