Sepakbola Tanpa Suporter, Apa Jadinya? ...

 

Football without fans is nothing atau sepakbola tanpa penggemar bukan apa-apa adalah ungkapan yang diucapkan oleh manajer lama Celtic Jock Stein bertahun-tahun yang lalu yang secara teratur berbicara tentang peran penting yang dimainkan pendukung dalam budaya permainan yang kaya. 

Namun, tampaknya adagium "Football without Fans is Nothing" ini akan menemukan masalah ketika gelaran sepakbola harus berhadapan dengan pandemi global COVID-19, tepatnya ketika sepakbola di berbagai negara harus dihentikan.

Sampai saat ini, tidak ada yang bisa meramalkan dampak parah virus corona terhadap olahraga yang disukai banyak orang ini, dan perubahan yang akan ditimbulkannya pada sepakbola.  Tetapi setidaknya untuk di Indonesia saja, sudah dua kali terjadi penundaan putaran Liga 1 dan Liga 2 Indonesia.

Untuk liga di Eropa, media online Inggris (varsity.co.uk) melansir kerugian finansial sebagai akibat langsung dari pandemi diperkirakan untuk lima liga besar Eropa bisa berkisar antara € 3,5 (61 Triliun rupiah) dan € 4 miliar (69,7 Triliun rupiah). Khusus Liga Premier di Inggris bisa mendapat pukulan hingga € 1,25 miliar (21,79 Triliun rupiah), dengan kurs 17.474 rupiah per 1 Euro.

Baca juga:  Paulo Sergio Mundur karena Masalah Pribadi?

Sementara 48 klub yang menjadi peserta putaran Liga 1 dan Liga 2 di Inggris diperkirakan mendapat pukulan kerugian gabungan sekitar £ 50 juta (871,7 Milyar rupiah). Klub sepakbola yang lebih kecil berpotensi sangat terpengaruh tanpa pertandingan atau pendapatan harian pertandingan untuk membantu mereka tetap hidup.

Media online Inggris lainnya (walesonline.co.uk) menyoroti banyak penggemar pada saat itu memutuskan bahwa jika pertandingan tidak dapat dimainkan di depan penggemar, tidak ada gunanya memainkannya sama sekali.  Tampaknya adagium Football without Fans is Nothing menemukan pembenarannya di sini.

Media tersebut mengungkap banyak penggemar bereaksi dengan jijik saat Aaron Ramsey memberi Juventus keunggulan melawan Inter di depan 41.000 kursi kosong. "Bentrokan besar-besaran" antara dua tim teratas Italia ini terasa tidak tepat menurut penggemar yang hanya bisa menonton di depan TV.

Baca juga:  Naturalisasi Pemain Persija Dapat Dukungan Resmi

Media Inggris lainnya, .themag.co.uk lebih memilih mengambil hikmah lain dari kondisi ini, dengan mengungkap bahwa ini (pertandingan tanpa penonton) bisa menjadi permainan terhebat di dunia tetapi jika tidak ada orang di sana yang menontonnya maka itu menjadi bukan apa-apa. Penggemar adalah sumber kehidupan dari pertandingan ini, Football without Fans is Nothing.

Media Inggris satu ini justru tertarik untuk melengkapi adagium sebelumnya dengan menyebut "Football without Fans is Nothing, but Football to Fans is Everything.  Sepakbola tanpa penggemar bukan apa-apa, tetapi sepakbola bagi penggemar adalah segalanya.  

Klub-klub di Indonesia yang terlibat dalam putaran Liga 1 dan Liga 2 Indonesia sesungguhnya pun telah menerima konsep pertandingan tanpa penonton untuk sisa putaran Liga yang sempat terhenti.

Meskipun di luar sana bisa diduga banyak penggemar menjerit karena tidak dapat memberikan dukungan langsung pada tim kesayangannya dan tentu saja kemeriahan dan pendapatan klub akan menurun akibat ditutupnya stadion untuk penggemar, Football without Fans is Nothing.

Namun, pertandingan dengan konsep ini pun tidak jadi terealisasi menyusul kondisi perkembangan transmisi Covid19 trend-nya semakin meningkat, belum ada tanda-tanda kasusnya melandai, sehingga Polri pun mengambil kebijakan tidak mengeluarkan ijin keramaian.