Inilah 4 Kebijakan Pertahanan Siber NATO


Perkembangan dunia maya yang menyentuh seluruh aspek kehidupan secara global, menempatkan teknologi dunia maya menjadi bagian sangat penting dari infrastruktur dalam menunjang produktivitas di segala bidang.

Konsekuensinya, kebutuhan penyimpanan, transportasi dan pemanfaatan data digital menjadi tak terhindarkan.  Keberadaannya menentukan bagaimana seluruh kegiatan produktif berlangsung dan mencapai titik efektivitas dan efisiensi sebagaimana yang diharapkan.

Keberadan sistem transportasi data secara virtual menuntut jaminan keamanan tingkat tinggi.  Hal ini menjadi tak terhindarkan, berhubung potensi gangguan dan ancaman senantiasa mengincar lubang-lubang keamanan yang masih mungkin ditemukan.  Fenomena Cyber Spy pun bukan isapan jempol dan sudah menjadi isu politik global.

Serangan terhadap sistem jaringan internet atau siber sebagai backbone semua aktivitas dunia maya, yang berniat mengincar dan merugikan kepentingan pihak tertentu atau bahkan kepentingan suatu negara, pada dasarnya merupakan ancaman pertahanan siber.  

Oleh karena itu, semua negara saat ini tidak dapat melepaskan isu persoalan pertahanan siber sebagai bagian dari isu pertahanan secara keseluruhan.  Tidak terkecuali berbagai aliansi pertahanan kolektif, termasuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) di dalamnya.    

Dilansir dari laman resmi NATO per 25 September 2020, organisasi pakta pertahanan ini menilai ancaman dunia maya terhadap keamanan Aliansi menjadi lebih sering, kompleks, destruktif, dan koersif. NATO akan terus beradaptasi dengan lanskap ancaman dunia maya yang berkembang. NATO dan Sekutunya mengandalkan pertahanan dunia maya yang kuat dan tangguh.

Kebutuhan untuk mengimbangi lanskap ancaman yang berubah dengan cepat dan mempertahankan pertahanan dunia maya yang kuat, NATO mengadopsi kebijakan yang menetapkan bahwa pertahanan dunia maya adalah bagian dari tugas inti Aliansi untuk pertahanan kolektif, serta menegaskan bahwa hukum internasional berlaku di dunia maya,

Negara-negara sekutu yang tergabung dalam NATO juga berkomitmen memprioritaskan penguatan dan peningkatan pertahanan jaringan dunia maya dan infrastruktur nasional, seiring dengan adaptasi berkelanjutan dari kemampuan pertahanan siber NATO.

Oleh karena itu, NATO mengambil empat kebijakan pokok dalam membangun pertahanan siber yang kuat dan berkelanjutan di antarnya adalah: (1) Mengembangkan kemampuan pertahanan siber NATO; (2) Meningkatkan kapasitas pertahanan siber NATO; (3)  Membangun kerjasama dengan mitra, dan (4)  Bekerjasama dengan industri.

1.  Mengembangkan kemampuan pertahanan siber NATO

Kemampuan pertahanan siber NATO ini dikembangkan dengan:  (1)  Membangun Kemampuan Respons Insiden Komputer NATO (NCIRC) untuk melindungi jaringan NATO sendiri dengan menyediakan dukungan pertahanan dunia maya yang terpusat dan sepanjang waktu; Kemudian (2)  menetapkan target untuk penerapan kemampuan pertahanan siber nasional negara-negara Sekutu melalui Proses Perencanaan Pertahanan NATO;  

Berikutnya (3) mengintegrasikan pertahanan dunia maya ke dalam inisiatif Pertahanan Cerdas NATO;  (4) Membantu Sekutunya dengan berbagi informasi dan praktik terbaik, dan dengan melakukan latihan pertahanan dunia maya untuk membantu mengembangkan keahlian nasional; serta  (5)  Mendirikan Pusat Operasi Cyberspace guna mendukung komandan militer dengan kesadaran situasional untuk menginformasikan operasi dan misi Aliansi.

2.  Meningkatkan kapasitas pertahanan siber NATO

NATO menyadari pertahanan dunia maya menyangkut  dua aspek yang sangat penting, yakni manusia dan teknologi, Oleh karena itu, NATO berupaya untuk terus meningkatkan pendidikan, pelatihan dan latihan pertahanan dunia maya.

Secara teknis operasional, NATO melakukan latihan rutin, seperti Latihan Koalisi Siber ​​tahunan, dengan maksud mengintegrasikan seluruh elemen pertahanan dunia maya ke dalam seluruh rangkaian latihan Aliansi, termasuk Latihan Manajemen Krisis (CMX). NATO juga meningkatkan kemampuannya untuk pendidikan siber, pelatihan dan latihan, termasuk NATO Cyber ​​Range.

3.  Membangun kerjasama dengan mitra

Faktanya, ancaman dunia maya melampaui batas-batas negara dan organisasi apapun, sehingga NATO bekerjasama dengan sejumlah negara mitra dan organisasi internasional lainnya untuk meningkatkan keamanan global

Kerjasama NATO dengan negara mitra didasarkan pada nilai-nilai bersama dan ditangani berdasarkan kasus per kasus selaras dengan kepentingan bersama.  Secara organisatoris, NATO membangun kerjasama dengan Uni Eropa (UE), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE).

4.  Bekerjasama dengan industri

Melalui  Kemitraan Siber Industri NATO  atau NICP, NATO bersana Sekutunya berupaya memperkuat relasi dengan kalangan industri. Kemitraan ini mencakup entitas NATO, Tim Tanggap Darurat Komputer (CERT) nasional, dan perwakilan industri negara-negara anggota NATO. 

Bentuk-bentuk kerjasama NATO dengan kalangan industri dapat meliputi berbagai bentuk, termasuk misalnya kegiatan berbagi informasi, latihan, pelatihan dan pendidikan, dan proyek Pertahanan Cerdas Multinasional.