Pertandingan Timnas U19 Indonesia Versus Qatar putaran kedua tadi malam berlangsung alot, skor kacamata bertahan hingga paruh pertandingan tersebut usai. Pada babak kedua, kedua Tim masih harus saling berbalas serangan, dan pada akhirnya pertandingan dipaksa berakhir dengan berbagi angka, dengan skor sama 1 : 1.
Kedua gol tersebut pun tercipta bukan dari sebuah serangan sistematis, akan tetapi tercipta dari bola-bola mati. Gol Indonesia tercipta dari lemparan ke dalam mengarah ke gawang yang dikonversi menjadi gol lewat sundulan kepala ke gawang lawan. Sedangkan gol Qatar tercipta lewat tendangan pinalti.
Persoalan klasik yang diidentifikasi manajer Timnas Indonesia asal Korea Selatan pada awal menangani Timnas Indonesia sepertinya menemukan justifikasinya. Bukan hanya pada saat melawan Qatar, tetapi juga ketika berhadapan dengan Timnas lainnya dalam putaran laga persahabatan yang digelar di Kroasia tersebut.
Masalah tersebut tidak lain adalah stamina. Pada beberapa pertandingan laga persahabatan di Kroasia, Timnas Indonesia selalu menunjukkan kemampuan terbaiknya, kerjasama, skill individu dan passing bekerja jauh lebih baik di awal laga.
Hal serupa selalu berulang, tetapi memasuki babak kedua kesalahan elementer selalu terjadi. Passing yang terburu-buru, tidak akurat, kerjasama tim yang mulai terlihat tidak efektif, dan boila jauh lebih mudah direbut lawan.
Fakta ini tidak menunjukkan persoalan teknis semata, karena di awal pertandingan hingga babak pertama berakhir tidak terjadi hal seperti ini. Kejadian kesalahan teknis elementer selalu dimulai ketika memasuki pertengahan babak kedua atau ketika berhadapan dengan lawan yang dari awal memiliki stamina yang jauh lebih baik.
Jadi, kesalahan teknis elementer di babak kedua atau ketika berhadapan dengan lawan yang memiliki determinasi dan kecepatan lebih tinggi, terutama berkaitan dengan persoalan stamina Tminas U19 Indonesia.
Kelelehanlah (bukan berarti tampak keletihan) yang memicu terjadinya penurunan fokus, konsentrasi, mental dan kekuatan intelektual pemain dalam memainkan strategi menghadapi lawan, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan teknis elementer di lapangan.
Bukan berarti persoalan seperti skill dan stratagi diabalikan, tetapi masalah stamina Timnas Indonesia memang harus mendapat prioritas utama diselesaikan terlebih dahulu sebelum berbicara banyak terkait masalah teknis lainnya.
Bukan berarti persoalan seperti skill dan stratagi diabalikan, tetapi masalah stamina Timnas Indonesia memang harus mendapat prioritas utama diselesaikan terlebih dahulu sebelum berbicara banyak terkait masalah teknis lainnya.
Lagi pula, strategi menyerang dan bertahan dengan determinasi dan kecepatan yang sangat tinggi merupakan pendekatan yang efektif dan menjanjikan untuk melumpuhkan pertahanan dan serangan tim lawan, dan itu artinya membutuhkan kekuatan stamina yang sangat prima dan luar biasa, termasuk untuk mengimbangi kekuatan tim-tim lawan dengan rata-rata postur tubuh yang lebih tinggi.