Herd Shield: Pendekatan Komprehensif Atasi Covid19



Mencegah transmisi (penularan) Covid19 yang disebabkan SarCov2 tidak boleh hanya mengandalkan pertahanan luar (external Shield) seperti masker/face shield, cuci tangan, jaga jarak, uang elektronik untuk menjaga keseimbangan antara keselamatan kesehatan dan denyut nadi perekonomian.  

Hal ini mengingat dalam interaksi sosial, ketidakdisiplinan dan kelalaian masih dan akan tetap menjadi masalah serius ke depan dan dari waktu ke waktu, karena hakikatnya manusia adalah tempat salah dan lupa.

Apalagi dalam ruang waktu kehidupan yang berlangsung cukup lama sepanjang hari, maka apapun yang telah dan akan diupayakan tetap membuka peluang terjadinya kelalaian dan ketdakdisiplinan, itu belum termasuk tingkat keamanan APD yang tidak terjamin 100% seperti masker, dan lain-lain atau disebabkan masalah budaya dan kebiasaan.

Stress, beban kerja, kelelahan, insiden/kejadian tak terduga atau bahkan tak diharapkan yang mempengaruhi mental seperti kejutan, kecelakaan, ketidaknyamanan, kegelisahan, kecemasan, perselisihan, pertengkaran, kompetisi, kondisi keuangan, fisik kurang bergerak, terlalu lama dalam ruangan, kurang rekreasi, berita duka, trauma, dan lain sebagainya, berpotensi menjadi pemicu kelalaian dan ketidakdisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal ini mengingat stress menyebabkan gangguan memori otak (Yaribeygi, et al, 2017), termasuk terhadap protokol kesehatan.

Oleh karena itu, Internal Shield (pertahanan di dalam tubuh) juga harus dikedepankan sama masifnya dengan external Shield, untuk menjaga ketahanan tubuh ketika virus lolos dari external shield (masker/face shield, cuci tangan, jaga jarak, uang elektronik, dll).  Pendekatan ini meliputi:

  • Menekan jumlah virus yang menginfeksi dengan merusak virus memanfaatkan antiseptik alami pada bahan suplemen makanan yang aman dikonsumsi, seperti misalnya madu yang mengandung zat bersifat racun H2O2 (Hidrogen Peroksida) dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga ketika zat tersebut mengenai sel tubuh, maka racun tersebut akan tetap mampu dinetralisir oleh enzim katalase dalam sel, tetapi ketika menyerang virus maka virus akan rusak karena virus tidak memproduksi enzim katalase;

  • Menekan infeksi virus ke dalam sel tubuh, dengan potensi inhibitor alami yang terbukti secara ilmiah sebelumnya efektif menghambat virus dari jenis/keluarga yang sama/sejenis (SarCov);

  • Mengurangi peradangan (inflamasi) apabila terinfeksi, dengan anti inflamasi alami, untuk mengurangi peradangan berlebihan organ vital, seperti paru-paru sehingga menjamin asupan oksigen ke darah dan sel tidak terlalu terganggu, menghindari terjadinya sesak nafas, menghindari komplikasi penyakit, dan tetap menjamin sinyal peradangan tetap bisa dikirim ke otak, agar otak mengirim sinyal untuk memperbaiki sel yang rusak dan mengirim sinyal untuk antibodi;

  • Menguatkan kinerja sistem imun untuk memerangi infeksi, dengan tambahan konsumsi imunomodulator alami, untuk mengefektifkan perlawanan alami tubuh terhadap serangan infeksi dari virus;

  • Meningkatkan kinerja antioksidan untuk mengatasi radikal bebas berlebihan akibat infeksi, penyakit lainnya, polutan, dan ekses metabolisme tubuh, dengan menambahkan konsumsi suplemen antioksidan alami;

  • Memperlancar sistem transportasi (peredaran darah), untuk memastikan kecukupan asupan oksigen dan kelancaran transportasi nutrisi dalam darah dan sel untuk meningkatkan efektivitas peran plasma darah dalam membangun dan mengelola antibodi, mengefektifkan metabolisme tubuh yang didukung vitamin sebagai katalisator reaksi kimia pada semua sel (termasuk sel antibodi) dan mineral sebagai bagian bahan dasar struktur lunak dan keras tubuh, serta percepatan perbaikan sel yang rusak dengan bahan dasar asam amino esensial. 


Pada dasarnya strategi Internal Shield mencoba memberikan perlawanan secara simultan terhadap serangan virus dengan cara: (1) Mengurangi kekuatan serangan virus, dan (2) Memperkuat pertahanan tubuh dari serangan virus.

Pendekatan Internal Shield ini sangat memperbesar peluang antibodi responsif (sel T dan macrophage) tubuh memenangkan pertarungan melawan virus, untuk selanjutnya membantu sel B membentuk antibodi adaptif untuk khusus melawan serangan berulang SarCov2.




Gambar:  Antibodi Responsif (Innate Antibody) dan Adaptive Antibody (Antibodi Adaptif) Bekerja Memerangi Mikroorganisme

Secara singkat, Herd Shield merupakan strategi membangun ketahanan secara komunal/massal, baik melalui ketahanan eksternal (external shield) seperti masker/face shield, cuci tangan, jaga jarak, uang elektroinik, dan seterusnya, untuk memperkecil peluang virus masuk ke tubuh.

Kemudian diperkuat dengan internal shield untuk memperlemah serangan virus dengan suplemen  yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat replikasi virus) alami dan antiseptik (merusak virus) alami secara simultan.

Sekaligus memperkuat ketahanan tubuh dengan suplemen  yang berperan sebagai immunomodulator alami, antioksidan/antioksidator alami, anti inflamasi alami, cells regenerator (agen perbaikan sel tubuh yang rusak) alami, memperlancar peredaran darah.

Lalu tidak lupa olahraga rutin untuk memperkuat sistem organ bekerja optimal mendukung ketahanan tuibuh, serta pengelolaan stress untuk memastikan kinerja sistem syaraf bekerja optimal mendukung sistem organ dan metabolisme tubuh (seluruh reaksi kimia dalam tubuh) secara keseluruhan yang dikendalikan sistem syaraf tak sadar.

Jadi, poin utama strategi Herd Shiled meliputi: (1) Memperkecil peluang virus masuk ke dalam tubuh;  (2) Kalaupun ada yang lolos ke dalam tubuh, serangan virus diperlemah;  (3) Ketika serangan virus dikurangi, pada sisi lain daya tahan tubuh (bukan hanya imunitas tubuh) diperkuat, semua itu dilakukan secara simultan dan massal/komunal.

Baca juga:  Covid19: Ketahanan Tubuh ataukah Imunitas Tubuh?


Pendekatan alami digunakan, mengingat akselerasi penularan Covid19 hanya dapat dilakukan melalui upaya pencegahan, dimana bahan alami dapat dikonsumsi aman secara rutin untuk tujuan pencegahan.

Keberhasilan strategi ini setidaknya akan meningkatkan ketahanan tubuh orang terinfeksi Covid19 (SarCov2) sehingga mengurangi beban rumah sakit, menurunkan risiko ancaman keselamatan tenaga medis, atau bahkan menurunkan jumlah orang terinfeksi secara keseluruhan.