Dzikir: Amalan Mempercepat Do'a Terkabul


 
Dzikir dalam bahasa Arab disebut al-żikr dan ditulis sebagai ٱلذِّكْر , merupakan pengucapan puja puji yang ditujukan kepada Allah swt dan dilakukan berulang kali.  Dzikir juga merupakan sebuah rutinitas ibadah bagi umat Islam untuk senantiasa mengingat Allah.

Bentuk ritualnya, secara zahir (lahiriyah) dilakukan dengan menyebut dan memuji asma (nama) Allah, dengan meinggikan asma-Nya setinggi-tingginya dan merendahkan diri sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan serendah-rendahnya hanya di hadapan Allah swt.  
 
Lebih dari itu,  dzikir merupakan sebuah kewajiban yang tercantum dalam Al-Qur'an.  Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 33:41-42. 

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اذۡكُرُوۡا اللّٰهَ ذِكۡرًا كَثِيۡرًا  . وَّ سَبِّحُوۡهُ بُكۡرَةً وَّاَصِيۡلًا 
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.  Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang" (Al Ahzab 33:41).

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢﴾

"Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu kafir kepadaKu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 152)
 
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ‌ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (Ar-Raad: 28).   
 
Ketiga ayat Al-Quran tersebut menegaskan bahwa dzikir atau mengingat Allah sebanyak-banyaknya akan mendekatkan diri kepada Allah dan Allah sendiri menjamin akan mendekat, seketika itu kemudian lahirlah keikhlasan, keterikatan dengan Allah serta keberserahan diri seutuhnya. 
 
Bagaimana kita bisa mengetahui tanda-tanda memiliki keikhlasan, keterikatan dan keberserahan diri sepeniuhnya dengan Allah? Firman Allah ta’ala dalam QS. al-Anfal: 2 menegaskan:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat mereka maka bertambahlah keimanan mereka…” (QS. al-Anfal: 2)
 
Keiklaasan seutuhnya, keterikatan hanya dengan Allah, dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt, yang hatinya mudah bergetar ketika disebutkan kebesaran asmaNya, sebagai representasi satu-satunya sandaran kehidupan hakiki, Allah azza wa jalla.
 
 
Inilah yang melahirkan  ketenangan dan ketentraman batiniyah, menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran hati. Kondisi batin yang demikian itu, akan mampu melahirkan perilaku positif yang memperbesar terkabulkannya doa.
 
Perilaku optimis, menyukai hal yang benar, memakan makanan halal dan dari jalan yang halal, mencari rizki halal, berbagi, disiplin, tanggung jawab, tidak lalai, terhindar dari sjfat pelupa, lebih cerdas, peduli sesama, peduli keluarga, dan sererusnya.
 
Perilaku positif semacam ini akan mampu membuka terkabukannya doa, baik dari jalan yang tidak disangka-sangka sebagai bentuk rahasia kebesaran Allah swt, maupun melalui pintu kesuksesan usaha  karena dilakukan  dengan dilandasi hati yang penuh dengan ketenangan dan perhitungan yang matang.

Dzikir Jali, Dikir Khafi dan Dzikir Hakiki
 
Dzikir artinya menyebut, mengingat dan berdoa, yang dalam bahasa agama, dzikir seringkali dipahami sebagai amalan dengan menyebut atau mengingat Allah secara lisan melalui kalimat-kalimat thayyibah.  
 
Oleh karena itu, dzikir dapat diamalkan dalam berbagai bentuk.  Misalnya dzikir dengan sekedar mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.  Dzikir juga bisa berarti amalan mengingat perintah dan larangan Allah swt, atau mengingat segala nikmat dan kebaikan yang dianugerahkan Allah swt.


Ibnu Athaillah al-Sakandari, seorang sufi besar dan penulis Al-Hikam, berkenan membagi dzikir menjadi tiga macam jenisnya. Pertama, dzikir jal atau dzikir yang jelas atau nyata. Kedua, dzikir khafi adalah dzikir yang samar-samar. Ketiga atau terakhir, zikir haqiqi merupakan dzikir yang sebenar-benarnya.

Dzikir jali merupakan amalan mengingat Allah swt, yang dikerjakan dalam bentuk lisan, yang bermakna pujian, rasa syukur, dan doa kepada Allah.  Dzikir jenis ini dilafalkan dengan jahr (suara terang) ataupun  sirri (lirih) untuk menggerakkan hati. 
 
Amalan ini dapat dikerjakan dengan mengucapkan istigfar (Astaghfirullah Al Adzim), tasbih (Subhana Allah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar), dan tahlil (La Ila-ha Illa Allah) ataupun membaca ayat suci Alquran, dan doa-doa lainnya.  
 
Dzikir khafi diamalkan dengan khusuk berdasarkan ingatan hati, tidak masalah disertai dzikir lisan (jahr) ataupun tidak. Kemampuan dzikir seperti ini disebabkan hatinya seketika itu merasa senantiasa memiliki keterkaitan erat dengan Allah swt, selalu merasakan kehadiran Allah swt, kapan dan di mana saja.  

Dzikir haqiqi menempatkan dirinya secara lahiriyah dan batiniyah senantiasa menjaga dirinya dekat dan mengingat Allah swt, kapanpun dan di manapun, memperketat upaya untuk memelihara diri seutuhnya dari perbuatan yang dilarang dan mengerjakan amal kebaikan yang menjadi perintah Allah swt.